Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Minggu, 27 November 2011

Askep Astigmatisma


ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENGLIHATAN
DENGAN MASALAH ASTIGMATISMA

A.   PENGERTIAN
Astigamatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik.
Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata silinder.
Mata astigmat atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana  sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis.(2) Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut.(3) Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di  dua  garis titik api yang saling tegak lurus. (2)
B.   ETIOLOGI
Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme  with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. (2)
Astigmatisma juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis.  
Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat  akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. (3) Adapaun bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut: 1.Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan kekuatan  pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian meridian berikutnya. (2)      2. Astigmat ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang  saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput bening. (2)

C.   PATOFISIOLOGI
Mata seseorang secara alami berbentuk bulat.. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme  with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Mata seseorang dengan Silindris berbentuk lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok.. Untuk orang ini, ketika cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain, sehingga hanya bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu.. Objek pada jarak pun dapat muncul buram dan bergelombang.
Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.

D.   PENGKAJIAN
  1. RIWAYAT KESEHATAN
1.Riwayat oftalmik
Sebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan riwayat oftalmik, medis, dan terapi pasien, dimana semuanya dapat saja berperan dalam kondisi oftalmik sekarang. Informasi yang harus diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan dan upaya keamanan dan tergantung pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.
Riwayat keadaan oftalmik sangat penting saat mengumpulkan data dasar. Kita harus menyelidiki setiap riwayat kelainan mata, seperti pandangan kabur, objek tidak begitu jelas,  pandangan berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.
 Ringkasan riwayat oftalmik bagi setiap pasien harus meliputi pertanyaan berikut
- Kapan sakit mata mulai dirasakan
- Apakah gangguan penglihatan ini mempengaruhi ketajaman penglihatan.
- Bagaimana gangguan penglihatan terjadi ( perlahan/tiba-tiba ).
- Apakah pasien merasakan ada perubahan dalam matanya ( kemerahan, bengkak, berair ).
- Apakah perubahan yang terjadi sama pada kedua matanya .
- Apakah pasien sedang berobat tertentu ( sebutkan ) dan sudah berapa lama menggunakannya.
- Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit serupa .
- Apakah pasien menderita : Hipertensi, DM
- Aapkah ada kerusakan melihat waktu senja.

2.. Riwayat psikososial
Daerah pengkajian penting lainnya meliputi psikologis, demografis, dan keprihatinan lingkungan rumah

2.PEMERIKSAAN
Astigmatisma bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu: 1.Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter, 2.Pada mata dipasang bingkai percobaan, 3.Satu mata ditutup, 4.Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, 5.Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus, 6.Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat, 7.Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat, 8.Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00)  diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur, 9.Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnya, 10.Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen, 11.Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-), 12.Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. (3)
Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas. (3)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinas
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha memfokuskan mata
 3. Resiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
F. INTERVENSI
         1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinsa.
Tujuan :
- Ketajaman Penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat.
- Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.

Intervensi :
- Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : Pengetahuan tentang penyebab   mengurangi kecemasan dan dalam tindakan keperawatan.
- Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata bantu atau operasi (keratotomi radikal), epikeratofakia, atau foto refraktif keratektomi (FRK) untuk miopia. Pada FRK, laser digunakan untuk mengangkat lapisan tipis dari kornea, sehingga dapat mengoreksi lingkungan kornea yang berlebihan yang mengganggu pemfokusan cahay yang tepat melalui lensa. Prosedur ini dilakukan kurang dari satu menit. Perbaikan visual tampak dalam 3-5 hari.

2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha memfokuskan mata
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotofobia,) berkurang / hilang.
- Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.
Intervensi :
- Jelaskan penyebab pusing, mata lelah, berair, fotofobia. Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
- Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
- Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.
- Kolaborasi : pemberian kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

3. Resiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Tujuan : tidak terjadi cedera
Kriteria Hasil :
- Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.
- Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
- Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan. Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.
- Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktifitas.
- Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional : mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
- Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cedera




Daftar pustaka

1. James,Bruce., Chew, Chris., Brown, Anthony., 2003. Lecture Notes    Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.hal 34-36.
2. Ilyas,Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 81-83.
3. Ilyas Sidarta. 2003. Dasar-Dasar Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua.Cetakan pertama.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 34-39.
4. Hall,N Guyton . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.hal 786-790.

Astigmatisme.
Adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata, oleh media refrakta dibiaskan tidak sama pada setiap meredian, sehingga terjadi lebih dari satu titik fokus. Sebagaimana diketahui, pada mata emmetropia, myopia, dan hypermetropia, sinar² sejajar yang masuk ke bola mata, sama - sama dibiaskan menjadi satu titik fokus, hanya letaknya terhadap retina yang berbeda – beda. Mengapa hanya dibiaskan pada satu titik? Karena seluruh bidang meredian dari sistem optis bolamata berkekuatan (berdaya bias) sama. Perhatikan ilustrasi di bawah ini yang menggambarkan bidang media refrakta yang dibagi menjadi 4 meredian (meskipun sebenarnya bisa jauh lebih banyak dari itu, dari 0° -360°) yaitu meredian 0 atau 180°, 45°, 90°, dan 135°.
tidak astigmat
Terlihat bahwa pada keempat bidang meredian sistem optis bola mata tersebut memiliki kekuatan bias yang sama, yaitu 80 Dioptri, terlepas bahwa itu akan menghasilkan kondisi emmetropia (normal), miopia, atau hipermetropia. Pola kekuatan bias seperti itu akan menghasilkan satu titik fokus. Sekarang coba perhatikan ilustrasi yang ini:
astigmat with the rule
Dan yang ini:
astigmat against the rule
Pada kedua gambar di atas nampak terdapat pola kekuatan bias yang tidak seragam di semua bidang meredian. Pola kekuatan bias seperti itu akan menghasilkan lebih dari 1 titik fokus, karena setiap kekuatan bias yang ada akan memiliki panjang fokusnya sendiri, sehingga jika (misalnya) terdapat 10 perbedaan kekuatan bias, maka juga akan terdapat 10 perbedaan panjang fokus. Otomatis ini akan menghasilkan 10 titik fokus yang letaknya akan membentuk garis searah dengan sumbu aksial bola mata. Ilustrasi berikut ini akan menunjukkan pola fokus tersebut, dengan mengambil kekuatan bias yang terbesar dan terkecil dari 2 ilustrasi (gambar B dan C) di atas.
pola fokus astigmat
Pada ilustrasi di atas, meredian yang berkekuatan bias +80 D mempunyai fokus di titik A, sedangkan meredian yang berkekuatan bias +78 D mempunyai fokus di titik B. Antara titik B dan A adalah merupakan titik - titik fokus dari bidang meredian yang berkekuatan bias antara +78D s/d +80D dan membentuk suatu garis fokus. Itulah sebabnya astigmatism juga dinamakan pembiasan tanpa titik fokus, karena fokus yang terbentuk adalah berupa garis. Derajat astigmatism diukur berdasarkan perbedaan antara kekuatan bias yang terbesar dengan kekuatan bias yang terkecil pada meredian - meredian utamanya. Kalau anda sempat iseng - iseng, coba hitung berapa derajat astigmatism yang ditunjukkan di beberapa ilustrasi di atas.
Secara garis besar, bentuk astigmatism dibedakan menjadi 2, yaitu astigmatism regular dan astigmatism irregular. Astigmatism regular, adalah bentuk astigmatism yang meredian - meredian utamanya (meredian yang berkekuatan bias terbesar dan meredian yang berkekuatan bias terkecil) saling tegak lurus. Astigmatism irregular, adalah astigmatism yang meredian - meredian utamanya tidak saling tegak lurus. Pembahasan secara lebih lengkap mengenai bentuk dan jenis - jenis astigmatism, ada
di artikel yang ini.
Penyebab Astigmatism.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan bias seperti yang telah diuraikan diatas adalah :
  1. Kelengkungan kornea yang tidak spherical (kelengkungan yang beraturan dan sama di semua bidang meredian). Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism kornea. Astigmatism ini, jika tidak terlalu besar dapat terkoreksi dengan pemakaian lensa kontak keras/kaku (hard contact lens).
  2. Kelengkungan lensa kristalin yang tidak spherical. Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism internal.
  3. Terjadi kekeruhan yang tidak merata di media refrakta (kornea, humor aqueos, lensa kristalin, atau vitreuos humor). Pada beberapa penderita katarak stadium awal (immatura) dapat mengalami astigmat seperti ini.
  4. Kombinasi antara beberapa faktor di atas.
Kondisi astigmatism juga sekaligus dapat dialami oleh penderita miopia ataupun hipermetropia.
Gejala – gejala Astigmatism.
Pada astigmatism rendah :
  1. Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
  2. Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek – ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang tinggi.
  3. Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatism tinggi :
  1. Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
  2. Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.
  3. Memutar – mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.
  4. Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatism juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh.
  5. Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.
Mengatasi Kondisi Astigmatism.
Sebagaimana miopia dan hipermetropia, astigmatisme pada umumnya diatasi dengan pemberian lensa koreksi maupun tindakan operatif (PRK atau LASIK). Lensa koreksi untuk astigmatism ini (disebut lensa berukuran cylindris) secara umum bentuknya hampir sama dengan lensa untuk koreksi miopia maupun hipermetropia. Hanya saja, bila dicermati lensa yang mempunyai ukuran cylindris akan mempunyai kelengkungan yang berbeda di 2 meredian yang saling tegak lurus. Otomatis kekuatan daya bias di kedua meredian tersebut juga berbeda. Nah, perbedaan antara kedua kekuatan daya bias itulah ukuran dioptri cylindrisnya. Pemasangan lensa yang mempunyai ukuran cylindris harus memperhatikan axis cylindrisnya. Jika pemasangannya tidak benar, lensa koreksi tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan yang kadang - kadang oleh pemakainya direspon dengan keluhan pusing.
Eh, iya.. jawaban untuk pertanyaan iseng di atas adalah : 80 D - 78 D= 2 D (Dioptri).

Secara garis besar, ada 2 jenis astigmatisme, yaitu astigmatisme regular dan astigmatisme irregular.
Astigmatisme regular.
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat berada pada meredian 45°, maka daya bias terlemah berada pada meredian 135°. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
  1. Astigmatisme With The Rule.
    Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian horisontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis vertikal atau Cyl + pada axis horisontal.
http://www.optiknisna.info/wp-content/pict/wtr_astgm2.gif
  1. Astigmatisme Against The Rule.
    Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian vertikal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau dengan Cyl + pada axis vertikal.
http://www.optiknisna.info/wp-content/pict/atr_astgm.gif
Sedangkan menurut letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme regular dibedakan dalam 5 jenis, yaitu :
Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.
  1. Astigmatismus Myopicus Simplex.
    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
    ams
  2. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex.
    Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
    ahs
  3. Astigmatismus Myopicus Compositus.
    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.
    amc
  4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus.
    Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.
    ahc
  5. Astigmatismus Mixtus.
    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
    amx
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Astigmatisme Simetris.
    Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180° (toleransi sampai 15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X135°.
  2. Astigmatisme Asimetris.
    Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X100°.
  3. Astigmatisme Oblique.
    Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -0,75X55°.
Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).
Oh ya, berdasarkan faktor penyebabnya, astigmatisme juga dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
  1. Astigmatisme kornea.
    Astigmatisme ini disebabkan oleh kelengkungan permukaan kornea yang tidak spherical (seperti lengkung bola), jadi bisa dikatakan peyang.
  2. Astigmatisme internal.
    Astigmatisme ini disebabkan oleh adanya ketidaksamaan daya bias pada semua meredian di internal bolamata, baik pada lensa mata maupun pada badan kaca (vitreus humor).