Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Selasa, 17 Januari 2012

GANGGUAN IMUNITAS : ALERGI


GANGGUAN IMUNITAS ALERGI
A.       REAKSI ALERGI  
Definisi
Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka.
Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen pelindung yang normal pada sistem kekebalan,

Macam-macam reaksi alergi:
  Rinitis Alergika Musiman
  Rinitis Alergika Pereneal
  Konjungtivitis Alergika
  Alergi & Intoleransi Makanan
  Anafilaksis
  Kaligata (Urtikaria)
  Angioedema Herediter
  Mastositosis
  Alergi Fisik
Penyebab
Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi yang melibatkan antibodi IgE (immunoglobulin E). Ig E terikat pada sel khusus, termasuk basofil di dalam sirkulasi darah dan sel mast di dalam jaringan.
Jika antibodi IgE yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen (dalam hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut didorong untuk melepaskan zat kimia yang melukai jaringan di sekitarnya.  Alergen bisa berupa partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen yang merangsang terajdinya respon kekebalan.
Kadang istilah penyakit atopik digunakan untuk menggambarkan sekumpulan penyakit keturunan yang berhubungan dengan IgE, seperti rinitis alergika dan asma alergika.  Penyakit atopik ditandai dengan kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE terhadap inhalan (benda yang terhirup, seperti serbuk bunga, bulu binatang, partikel debu) yang tidak berbahaya.  Eksim (dermatitis atopik) juga merupakan suatu penyakit atopik meskipun peran IgE dalam penyakit ini tidak begitu jelas.  Meskipun demikian, seseorang yang menderita penyakit atopik tidak memiliki resiko membentuk antibodi IgE terhadap alergen yang disuntikkan (misalnya obat atau racun serangga).
Gejala
Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair, mata terasa gatal dan kadang bersin.  Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat tertentu atau setelah disengat lebah.
Diagnosa
Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan).  Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi alergi
Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi).  Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil.
Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20 menit. \
Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.
Pengobatan
Menghindari alergen adalah lebih baik daripada mencoba untuk mengobati suatu reaksi alergi.
·         Dengan menghindari alergen, maka penderita tidak perlu: mengkonsumsi obat tertentu
·         memasang alat penyaring pada AC
·         melarang hewan peliharaan berkeliaran di dalam rumah
·         berhenti mengkonsumsi makanan tertentu.
·         Kadang penderita yang alergi terhadap bahan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu, mungkin harus berganti pekerjaan. Penderita alergi musiman yang berat mungkin perlu mempertimbangkan untuk pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki alergen tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak    dengan alergen:
·         Jika alergi terhadap debu rumah, sebaiknya jangan menggunakan mebel, karpet dan tirai yang sifatnya menampung debu
·         Membungkus kasur dan bantal dengan pelindung plastik
·         Menghisap debu sesering mungkin
·         Menggunakan AC untuk mengurangi kelembaban ruangan yang tinggi
·        Memasang penyaring udara yang sangat efisien.
Beberapa alergi yang terbawa oleh udara tidak dapat dihindari, karena itu seringkali digunakan metode untuk menghalangi respon alergi dan penggunaan obat untuk meringankan gejala.
Imunoterapi alergen
Jika tidak dapat menghindari alergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi alergen (suntikan alergi).  Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah (sebagai antigen) juga turun.  Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi.
Imunoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel debu rumah, racun serangga dan bulu binatang.  Imunoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis.
Pada awalnya, pengobatan biasanya diberikan 1 kali/minggu, selanjutnya dosis pemeliharaan diberikan setiap 4-6 minggu.
Prosedur ini sangat efektif jika dosis pemeliharaan diberikan sepanjang tahun.
Setelah penyuntikan imunoterapi bisa terjadi reaksi yang merugikan seperti:
·           bersin-bersin
·           batuk
·           kemerahan (flushing)
·           kesemutan
·           gatal-gatal
·           rasa sesak di dada
·           bunyi nafas mengi
·           kaligata.
Jika timbul gejala yang ringan, bisa diberikan antihistamin (misalnya difenhidramin atau klorfeniramin). Jika gejalanya lebih berat bisa diberikan suntikan epinefrin (adrenalin).
Antihistamin
Antihistamin adalah obat-obatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi alergi (tidak digunakan untuk mengatasi asma).
Terdapat 2 macam reseptor histamin di dalam tubuh, yaitu histamin1 (H1) dan histamin2 (H2).
Istilah antihistamin biasanya dipakai untuk obat-obat yang menghalangi reseptor H1 (perangsangan oleh histamin terhadap reseptor ini menyebabkan cedera pada jaringan target). Bloker H1 sebaiknya tidak dikacaukan dengan obat-obat yang menghalangi reseptor H2 (bloker H2) yang digunakan untuk mengobati ulkus peptikum dan heartburn.
Efek dari reaksi alergi yang ringan tetapi cukup mengganggu penderitanya (seperti mata terasa gatal, hidung meler dan kulit terasa gatal) disebabkan oleh pelepasan histamin.  Efek histamin lainnya yang lebih berbahaya adalah sesak nafas, tekanan darah rendah dan pembengkakan di tenggorokan yang dapat menghalangi jalannya udara.
Semua antihistamin memiliki efek yang diinginkan yang sama, tetapi memiliki efek yang tidak diinginkan yang berbeda.  Beberapa antihistamin memiliki efek sedatif (penenang) yang lebih kuat daripada yang lainnya.  Kadang efek yang tidak diinginkan juga mendatangkan keuntungan. Beberapa antihistamin memiliki efek kolinergik yang menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Efek ini bisa dimanfaatkan kuntuk meringankan hidung meler akibat cuaca dingin.
Beberapa antihistamin dijual bebas tanpa resep dokter dan ada yang dikombinasikan dengan dekongestan (obat untuk mengkerutkan pembuluh darah dan membantu melegakan hidung tersumbat).
Kebanyakan antihistamin menyebabkan ngantuk. Efek sedatif yang kuat dari antihistamin menyebabkan obat ini banyak ditemukan sebagai bahan aktif dalam berbagai obat tidur yang dijual bebas.  Antihistamin juga sebagian besar memiliki efek antikolinergik yang kuat, yang bisa menyebabkan linglung, pusing, mulut kering, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur. Tetapi kebanyakan orang yang menggunakan antihistamin tidak mengalami efek tersebut.
Rasa ngantuk dan efek samping lainnya juga dapat diminimalisasi dengan cara mengawali pemakaian antihistamin dalam dosis rendah dan secara bertahap menambah dosisnya sampai dicapai dosis yang efektif mengendalikan gejala.  Saat ini juga tersedia antihistamin non-sedatif (tidak menimbulkan rasa kantuk), seperti astemizol, setirizin, loratadin dan feksofenadin.



1.      ALERGI & INTOLERANSI MAKANAN  
Definisi:
Alergi Makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat respon kekebalan setelah memakan makanan tertentu.
Intoleransi makanan bukan merupakan suatu alergi makanan, tetapi merupakan setiap efek yang tidak diinginkan akibat memakan makanan tertentu.
Penyebab:
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan mempertahankan tubuh melawan zat-zat yang berbahaya seperti bakteri, virus dan racun.
Kadang suatu respon kekebalan dipicu oleh suatu zat (alergen) yang biasanya tidak berbahaya dan terjadi alergi.
Penyebab dari alergi makanan tidak sepenuhnya dimengerti karena alergi makanan bisa menimbulkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Reaksi terhadap makanan bisa bersifat ringan atau fatal, tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi.
Alergi makanan sering terjadi. Sistem kekebalan melepaskan antibodi dan zat-zat (termasuk histamin) sebagai respon terhadap masuknya makanan tertentu.
Gejalanya bisa terlokalisir di lambung dan usus atau bisa menimbulkan gejala di berbagai bagian tubuh, setelah makanan dicerna dan diserap,
Gejala biasanya akan timbul dengan segera, jarang sampai lebih dari 2 jam setelah makan makanan tertentu.
Alergi makanan seringkali menyerupai keadaan lainnya, seperti intoleransi makanan (terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tertentu), irritable bowel syndrome, respon terhadap stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun (keracunan makanan) dan penyakit lainnya.
Alergi makanan berbeda dengan penyakit-penyakit tersebut karena pada alergi makanan dilepaskan antibodi, histamin dan zat-zat lainnya.
Makanan yang seringkali menyebabkan alergi:
ü kerang-kerangan (kepitin, lobster, udang)
ü kacang-kacangan
ü kacang tanah
ü buah-buahan (melon, strawberi, nanas dan buah tropis lainnya)
ü tomat
ü pewarna, penyedap makanan.
ü Makanan yang sering menyebabkan intoleransi:
ü terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
ü protein susu sapi
ü hasil olahan jagung.
Gejala
Gejala-gejala yang mungkin terjadi setelah memakan makanan penyebab alergi:
ü tenggorokan terasa gatal
ü anafilaksis
ü nyeri perut
ü perut keroncongan
ü diare
ü mual
ü muntah
ü kram perut
ü perut kermbung
ü rasa gatal di mulut, tenggorokan, mata, kulit atau bagian tubuh lainnya
ü kaligata (urtikaria
ü angioedema (kaligata di kelopak mata, bibir)
ü sakit kepala
ü hidung tersumbat
ü hidung meler
ü sesak nafas
ü bengek (mengi)
ü kesulitan menelan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan timbulnya gejala-gejala setelah penderita memakan makanan tertentu.
Pada pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop bisa terdengar bunyi pernafasan mengi.
Peningkatan antibodi atau immunoglobulin (terutaman IgE) semakin memperkuat diagnosis alergi.
Untuk menentukan penyebab terjadinya alergi, bisa dilakukan pemeriksaan berikut:
·           Penyisihan makanan (makanan yang dicurigai disingkirkan sampai gejalanya menghilang, setelah itu makanan tersebut kembali diberikan kepada penderita untuk melihat apakah terjadi reaksi alergi)
·           Diet provokasi makanan
·           Tes kulit untuk alergi.
Pengobatan
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala.  Tujuan pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan datang.
Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian.
Antihistamin bisa meringankan berbagai gejala.
Untuk gejala yang berat, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dan epinefrin (adrenalin).
Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya reaksi alergi di masa yang akan datang adalah dengan menghindari makanan penyebab alergi.

2.      ANAFILAKSIS (REAKSI ALERGI AKUT)  
Definisi
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen.  Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen.  Pada pemaparan kedua atau pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.
Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.
Penyebab yang sering ditemukan adalah:
·      Gigitan/sengatan serangga
·      Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
·      Alergi makanan
·      Alergi obat.
·      Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibat dalam reaksi peradangan kekebalan.
Beberapa jenis obat-obatan (misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis).  Hal ini biasanya merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.
Gejala
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya.
Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan; dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dan diare.
Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok.
Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.
Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkan aritimia jantung.
Gejala-gejala yang bisa ditemui pada suatu anafilaksis adalah:
·           kaligata
·           gatal di seluruh tubuh
·           hidung tersumbat
·           kesulitan dalam bernafas
·           batuk
·           kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku
·           pusing, pingsan
·           kecemasan
·           berbicara tidak jelas
·           denyut nadi yang cepat atau lemah
·           jantung berdebar-debar (palpitasi)
·           mual, muntah
·           diare
·           nyeri atau kram perut
·           bengek
·           kulit kemerahan.
Diagnosa
Pemeriksaan fisik menunjukkan:
·           kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau wajah)
·           kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok.
·           denyut nadi cepat
·           tekanan darah rendah.
·           Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi mengi (bengek) dan terdapat cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner).
Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau mulut ke saluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di trakea untuk membantu pernafasan).
Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah.
Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah.
Antihistamin (contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan penyelamatan dan pemberian epinefrin).
Pencegahan
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin.

3.      KALIGATA (URTIKARIA)  
Definisi
Kaligata (urtikaria) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit.
Penyebab
Kaligata merupakan reaksi anafilaktik yang terbatas pada kulit dan jaringan di bawahnya.
Alergen yang seringkali menyebabkan kaligata adalah:
·         Obat-obatan
·          Makanan (terutama telur, kerang-kerangan, ikan, kacang-kacangan, susu)
·         Serbuk sari
·         Serbuk binatang (terutama kucing)
·         Gigitan serangga
·         Air, cahaya matahai, panas, dingin
·         Stres emosional.
Gejala
Gejalanya bisa berupa:
·      gatal-gatal
·      pembengkakan diatas permukaan kulit yang berwarna kemerahan dengan batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba, memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru)
·      bilur-bilur membesar lalu menyebar atau bergabung satu sama lain membentuk bilur yang lebih besar
·      bentuknya berubah-ubah, hilang-timbul dalam beberapa menit atau jam.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.  Kadang dilakukan tes kulit untuk alergi.
Pengobatan
Jika sifatnya ringan, tidak diperlukan pengobatan khusus karena bisa menghilang dengan sendirinya.  Jika sampai terjadi penyumbatan tenggorokan dan kesulitan bernafas, maka segera dilakukan tindakan darurat.
Untuk mengurangi peradangan, gatal-gatal dan pembengkakan, diberikan antihistamin, epinephrine, terbutalin, simetidin, kortikosteroid atau obat penenang.
Pencegahan
Hindari kontak dengan alergen penyebab kaligata.

4.      RINITIS ALERGIKA MUSIMAN  
Definisi
Rinitis Alergika Musiman (Hay fever, polinosis) adalah suatu alergi terhadap serbuk sari yang terdapat di dalam udara.
Penyebab
Serbuk sari di dalam udara yang menyebabkan rinitis alergika bervariasi, tergantung kepada daerah dan individu.  Serbuk yang terbawa oleh lebah dari satu pohon ke pohon lainnya jarang menyebabkan rinitis alergika karena butirannya besar dan dilapisi oleh bahan seperti lilin.  Serbuk yang terbawa oleh angin butirannya lebih kecil dan lebih sering menyebabkan rinitis alergika. Tanaman yang sering menyebabkan rinitis alergika adalah pohon-pohonan, rumput, bunga dan rumput liar.
Selain kepekaan individu dan daerah tempat tumbuhnya tanaman, faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya rinitis alergika adalah jumlah serbuk yang terkandung di dalam udara.  Cuaca panas, kering dan berangin lebih banyak mengandung serbuk; cuaca dingin, lembab dan hujan menyebabkan serbuk terbuang ke tanah.
Gejala
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur.  Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis).
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang hanya timbul pada musim tertentu.  Untuk menentukan serbuk penyebabnya, bisa dilakukan tes kulit.
Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.
Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya
pseudoephedrine atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.  Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.
Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid.  Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.
Immunoterapi alergen perlu dipertimbangkan pada:
- penderita yang mengalami efek samping yang berat akibat obat-obatan
-  penderita yang sering mengkonsumsi kortikosteroid
-  penderita yang menderita asma.
Immunoterapi alergen sebaiknya dimulai beberapa bulan sebelum musim serbuk tiba.
Pencegahan
Timbulnya gejala biasanya bisa dicegah dengan menghindari alergen penyebab terjadinya rinitis alergika.  Selama musim serbuk berlangsung, sebaiknya penderita tetap tinggal di dalam rumah.

5.      RINITIS ALERGIKA PERENEAL  
Definisi
Rinitis Alergika Perenial menyebabkan gejala-gejala yang sama dengan rinitis alergika musiman, tetapi beratnya gejala bervariasi dan terjadi sepanjang tahun.
Penyebab
Alergen (penyebab alergi) pada rinitis alergika perenial bisa berupa partikel debu, bulu binatang dan jamur.
Gejala
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.
Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.
Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur.  Jarang terjadi konjungtivitis.
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak.  Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang timbul sepanjang tahun, tidak dipengaruhi oleh musim.
Pengobatan
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin.
Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya
pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.  Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut).  Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.

6.      KONJUNGTIVITIS ALERGIKA
Definisi
Konjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan luar mata).
Pada sebagian besar penderita, konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergika musiman.
            Tetapi konjungtivitis alergika bisa terjadi pada seseorang yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.
Penyebab
Alergi cenderung merupakan penyakit keturunan
Gejala
Reaksi alergi menyebabkan pelepasan histamin dan pelebaran pembuluh darah di dalam konjungtiva. Bagian putih mata menjadi merah dan bengkak, mata terasa gatal dan berair.  Kelopak mata membengkak dan merah.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada cairan hidung banyak ditemukan eosinofilia (salah satu jenis sel darah putih).
Tes kulit terhadap alergen yang diduga menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi menunjukkan hasil positif
Pengobatan
Antihistamin per-oral merupakan pengobatan utama untuk konjungtivitis alergika.
Antihistamin juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan. Tetapi Antihistaminnya sendiri maupun sesuatu di dalam larutan tetes mata kadang bisa memperburuk reaksi alergi yang terjadi, sehingga biasanya lebih disukai Antihistamin per-oral.
Kromolin (juga tersedia dalam bentuk tetes mata) terutama digunakan sebagai pencegahan jika penderita akan mengadakan kontak dengan suatu alergen.
Tetes mata yang mengandung kortikosteroid bisa digunakan pada kasus yang berat, tetapi bisa menyebabkan komplikasi (misalnya glaukoma).
Jika pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka dianjurkan untuk menjalani immunoterapi alergen.
Pencegahan
Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.
Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.

7.      MASTOSITOSIS
Definisi
Mastositosis (Penyakit Sel Mast) adalah suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel mast di dalam tubuh.
Sel mast adalah sejenis sel darah yang dibuat oleh sumsum tulang dan merupakan sel jaringan yang ditemukan hampir di semua organ tubuh. Sel mast merupakan bagian dari sistem kekebalan yang membantu tubuh dalam melawan infeksi.
Sel mast menghasilkan dan melepaskan beberapa jenis zat, diantaranya heparin, serotonin dan histamin.  Dalam keadaan normal, histamin berfungsi sebagai alarm yang memberitahu sistem kekebalan bahwa suatu infeksi tengah menyerang bagian tubuh tertentu.  Jika tubuh memberikan reaksi terhadap gigitan serangga atau sengatan lebah, maka histamin bisa menyebakan pembengkakan, gatal-gatal dan kemerahan. Sel mast juga merupakan bagian dari proses penyembuhan luka karena banyak ditemukan di sekeliling luka. Gatal-gatal yang dirasakan di sekeliling luka yang tengah menyembuh bisa disebabkan oleh adanya histamin yang dilepaskan oleh sel mast. Para peneliti menduga bahwa sel mast juga berperan dalam pertumbuhan pembuluh darah.
Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui.  Tetapi kita mengetahui bahwa ada beberapa hal yang bisa memicu pelepasan histamin oleh sel mast dan menyebabkan timbulnya gejala-gejala dari mastositosis.  Faktor pemicu tersebut bisa berupa dingin atau panas, obat-obatan tertentu, stres emosional dan gigitan serangga.
Gejala
Mastositosis bisa menyerang usia berapa saja; pada dewasa biasanya lebih berat sedangkan pada anak-anak biasanya ringan.
2 jenis mastositosis yang utama adalah kutaneus dan sistemik.
Jenis kutaneus yang paling sering ditemukan adalah Urtikaria Pigmentosa (UP), yang terjadi jika sel mast tertimbun di dalam kulit.  Mastositosis sistemik terjadi jika sel mast tertimbun di dalam jaringan, misalnya pada organ lambung, hati, limpa, sumsum tulang dan usus halus. 
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada lokasi penimbunan sel mast.
Jika sel mast banyak ditimbun di kulit maka bisa timbul ruam kemerahan yang terasa gatal. Bisa timbul kaligata atau ruam yang berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kecoklatan, yang jika digaruk, warnanya berubah menjadi merah dan membengkak.
Kadang sel mast tertimbun pada satu titik di kulit dan menyebabkan terbentuknya suatu benjolan besar.  Jika sel mast tertimbun di dalam lambung atau usus, maka biasanya akan timbul diare dan nyeri lambung.  Pada beberapa penderita, kelebihan sel mast menyebabkan suatu reaksi yang serius. Tekanan darahnya secara tiba-tiba turun dan menyebabkan pingsan; bisa disertai gangguan pernafasan.
Gejala lainnya yang mungkin timbul:
·           flushing (kemerahan pada seluruh atau sebagian tubuh disertai peningkatan suhu tubuh)
·           gatal-gatal
·           mual
·           muntah
·           kram perut
·           nyeri dada
·           hipotensi (tekanan darah rendah)
·           hipertensi (tekanan darah tinggi)
·           pingsan
·           takikardia
·           palpitasi
·           pusing
·           parestesi (kesemutan)
·           sesak nafas
·           merasa sangat kepanasan
·           lelah
·           sakit kepala
·           depresi
·           gangguan memori.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan:
·      Biopsi kulit
·      Biopsi sumsum tulang (untuk mengetahui adanya kelainan darah lain yang mungkin menyertai mastositosis)
·      Pemeriksaan darah atau air kemih (dilakukan jika penderita tidak memiliki ruam tetapi mengalami gejala lainnya, seperti diare)
Pengobatan
Pengobatannya berupa:
·         Antihistamin untuk melawan zat kimia yang dilepaskan oleh sel mast
- Antihistamin (H1 bloker)
- H2 bloker (misalnya
simetidin dan ranitidin)
·         Gastroktrom atau ketotifen (stabilisator sel mast)
·         Untuk mengatasi diare bisa diberikan kromolin per-oral
·         Aspirin atau obat anti peradangan
·         Prednison (untuk malabsorbsi)
·         Epinefrin (untuk serangan hebat)
·         Sinar ultraviolet (PUVA) untuk luka kulit
·         Steroid atau kemoterapi diberikan jika mastositosis bersifat ganas atau berhubungan dengan kelainan darah.
Obat Rujukan

8.      ALERGI FISIK  
Definisi
Alergi Fisik adalah suatu keadaan dimana gejala-gejala alergi timbul sebagai respon terhadap rangsangan fisik yang bisa berupa dingin, cahaya matahari, panas atau cedera ringan.
Sistem kekebalan dirancang untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang berbahaya, misalnya kuman penyakit. Kadang sistem kekebalan mengalami kekacauan dan menyerang benda asing yang tidak berbahaya sehingga menimbulkan kerugian bukannya keuntungan.
Keadaan ini disebut dengan alergi (jika yang diserang berasal dari luar tubuh, misalnya serbuk bunga atau sengatan lebah) dan disebut autoimun (jika menyerang komponen tubuh sendiri).
Sistem kekebalan biasanya hanya memberikan respon terhadap zat kimia tertentu, yang disebut protein. Tetapi zat non-proteinpun bisa memicu terjadinya respon yang sama.  Alergi fisik terjadi jika reaksinya tidak dipicu oleh suatu protein.
Penyebab
Penyebabnya bisa berupa:
·      Cedera ringan (misalnya garukan) menyebabkan timbulnya bentol-bentol yang terasa gatal (urtikaria). Adanya urtikaria ini merupakan suatu keadaan yang disebut dengan dermografisme.
·      Dingin bisa merubah protein tertentu di dalam darah sehingga terjadi reaksi kekebalan. Hal ini bisa menunjukkan bahwa terdapat protein abnormal di dalam darah yang berasal dari kelainan sumsum tulang.  Reaksi ini juga bisa melibatkan paru-paru dan sistem peredaran darah sehingga timbul gejala bunyi nafas mengi (wheezing) dan pingsan.
·      Alergi terhadap panas bisa disebabkan oleh olah raga atau bahkan oleh emosi yang kuat (pada orang-orang yang peka).
·      Sinar matahari (meskipun tanpa obat-obatan) menyebabkan timbulnya urtikaria. Keadaan ini bisa merupakan gejala dari porfiria (suatu kelainan metabolisme yang sifatnya diturunkan).
·      Elemen (misalnya nikel dan kromium), meskipun bukan merupakan protein, sering menyebabkan ruam kulit; alergi yodium bisa menyebabkan timbulnya ruam kulit dan luka di mulut.
·      Tekanan atau getaran juga bisa menyebabkan urtikaria.
·      Kontak dengan air bisa menyebabkan urtikaria akuagenik, kemungkinan karena adanya klorin atau mineral lainnya di dalam air.
·      Jika reaksi peradangan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam maka keadaannya disebut angioedema. Kulit, terutama kulit bibir dan kelopak mata membengkak; hal ini bisa juga melibatkan lidah, tenggorokan dan sebagian saluran pencernaan.
·      Angioedema bisa disebabkan oleh agen fisik, tetapi penyebabnya seringkali tidak diketahui.
Gejala
Gejala yang sering ditemukan adalah gatal-gatal, bintik-bintik di kulit dan kaligata.
Pada beberapa penderita terjadi penyempitan saluran pernafasan sehingga mereka mengalami kesulitan bernafas.
Reaksi yang kuat terhadap cahaya matahari (fotosensitivitas) bisa menyebabkan kaligata dan bintik-bintik kulit yang tidak biasa.
Fotosensitivitas juga bisa terjadi akibat pemakaian beberapa obat tertentu secara bersamaan atau akibat bahan yang dioleskan ke kulit.
Seseorang yang sangat sensitif terhadap panas bisa mengalami urtikaria kolinergik, yang ditandai dengan adanya bilur-bilur kecil yang dikelilingi oleh cincin berwarna merah dan terasa sangat gatal.
Urtikaria kolinergik juga bisa terjadi akibat olah raga, stres emosional atau berbagai kegiatan yang menyebabkan keluarnya keringat.
Orang yang peka terhadap dingin, jika terkena cuaca dingin bisa mengalami kaligata, pembengkakan kulit, asma atau hidung meler dan hidung tersumbat.
Diagnosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala-gejalanya.
Untuk mengetahui penyebabnya, bisa dilakukan tes kulit dan pemeriksaan terhadap fotosensitivitas.
Pengobatan
Antihistamin biasanya bisa meringankan gatal-gatal (contohnya diphenhydramine, cyproheptadine atau hikroksizin).  Cyproheptadine sangat efektif untuk mengatasi kaligata akibat dingin dan hidroksizin untuk kaligata akibat stress.
Orang yang sangat peka terhadap sinar matahari sebaiknya menggunakan tabir surya dan menghindari sinar matahari sebanyak mungkin.
Rasa gatal juga bisa diatasi dengan kompres dingin atau salep/bedak yang mengandung mentol, kamper, minyak ekaliptus , lidah buaya, antihistamin maupun kortison.
Pencegahan
Jika sumber penyebabnya telah diketahui, maka alergi bisa dicegah dengan cara menghindarinya atau melindungi diri dari alergen tersebut.

9.      HIVE DAN ANGIOEDEMA  
Definisi
Hive, juga disebut urticaria, adalah infeksi kulit ditandai oleh pucat, bengkak yang sedikit muncul (wheals) mengelilingi bagian kemerahan dengan pinggiran secara jelas tergambar. Angioedema adalah pembengkakan pada daerah jaringan yang lebih besar di bawah kulit, kadangkala mengenai wajah dan tenggorokan.
Penyebab
Hive dan angioedema, yang bisa terjadi bersamaan, bisa menjadi berat. Pemicu umum adalah obat-obatan, sengatan atau gigitan serangga, suntikan alergi (imunoterapi alergen), dan makanan tertentu-terutama telur, kerang, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Makan bahkan makanan dalam jumlah sedikit bisa tiba-tiba menghasilkan hive atau angioedema. Tetapi dengan makanan lain (seperti stroberi), reaksi ini terjadi hanya setelah dimakan dalam jumlah besar. Juga, hive kadangkala diikuti infeksi virus seperti hepatitis, infeksi mononucleosis, dan campak jerman.
Hive atau angioedema bisa menjadi kronis, berulang lebih dari seminggu atau sebulan. Pada kebanyakan kasus, tidak ada penyebab khusus yang teridentifikasi. Penyebab tersebut kemungkinan kebiasaan, asupan bahan-bahan yang tidak sengaja – misal, pewarna makanan , seperti bahan pengawet atau bahan celup makanan. Pada beberapa orang, antibodi untuk hormon tiroid kemungkinan penyebab tersebut. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin atau obat-obatan anti-peradangan nonsteroidal lain (NSAIDs), bisa juga menyebabkan hive atau angioedema kronis. Pada banyak kasus, tidak ada penyebab khusus bisa diidentifikasi. Angioedema kronis yang terjadi tanpa hive kemungkinan angioedema menurun.
Gejala
Hive biasanya diawali dengan rasa gatal. Kemudian bulatan segera terbentuk. Bulatan tersebut biasanya tetap kecil (kurang dari ½ inci melintang). Bulatan yang lebih besar (sampai 4 inci melintang) bisa tampak seperti cincin kemerahan dengan warna pucat di tengah. Biasanya, kumpulan hive datang dan pergi. Satu bercak bisa tetap untuk beberapa jam, kemudian hilang, dan kemudian, yang lainnya bisa muncul di mana saja. Setelah hive hilang, kulit biasanya tampak benar-benar normal.
Angioedema bisa mempengaruhi sebagian atau seluruh tangan, kaki, kelopak mata, bibir, atau kelamin. Kadangkala selaput lapisan mulut, tenggorokan, dan saluran pernafasan bengkak, membuat kesulitan bernafas.
Diagnosa
Pada anak, ketika hive timbul tiba-tiba, hilang dengan cepat, dan tidak berulang, pemeriksaan oleh seorang dokter biasanya tidak diperlukan, karena penyebab tersebut biasanya infeksi virus. Jika penyebab tersebut adalah sengatan lebah, menemui seorang dokter adalah penting. Seseorang bisa memperoleh nasihat mengenai pengobatan jika sengatan lebah lainnya terjadi. Ketika angioedema atau hive berulang tanpa penyebab jelas, sebuah pemeriksaan oleh seorang dokter dianjurkan.
Pengobatan
Biasanya, jika hive tiba-tiba muncul, mereka reda tanpa berbagai pengobatan dalam sehari dan kadangkala dalam hitungan menit. jika penyebab tersebut tidak jelas, orang tersebut harus menghentikan menggunakan semua obat-obatan yag tidak penting sampai hive tersebut reda.
Untuk hive dan angioedema ringan, penggunaan antihistamin meringankan sebagian rasa gatal dan mengurangi bengkak. Kortikosteroid diresepkan hanya untuk gejala-gejala berat ketika semua pengobatan yang lainnya tidak efektif, dan mereka diberikan untuk waktu yang sesingkat mungkin. Ketika digunakan melalui mulut untuk lebih dari 3 sampai 4 minggu, mereka menyebabkan berbagai efek samping, kadangkala serius.
Pada sekitar separuh orang dengan hive kronis, hive tersebut hilang tanpa pengobatan dalam 2 tahun. untuk beberapa orang dewasa, antidepresan doxepin, yang juga sebuah antihistamin kuat, membantu meringankan hive kronis.
Jika angioedema berat mengakibatkan kesulitan menelan atau bernafas atau pingsan, pengobatan darurat yang sesuai adalah perlu. Orang yang terkena harus selalu membawa syringe epinephrine yang disuntik sendiri dan antihistamin tablet untuk digunakan dengan segera jika reaksi terjadi. Setelah reaksi alergi berat, beberapa orang harus mengunjungi rumah sakit bagian darurat, dimana mereka bisa diperiksa dan diobati sebagaimana diperlukan.
Angioedema menurun : bukan alergi
Angioedema menurun lebih tampak seperti angioedema pada reaksi alergi. Meskipun begitu, penyebab tersebut adalah berbeda. Angioedema menurun adalah sebuah gangguan genetik berhubungan dengan kekurangan atau kerusakan inhibitor C1. Inhibitor C1 adalah bagian sistem pelengkap, yang merupakan bagian pada sistem imunitas. Pada gangguan ini, sebuah luka, infeksi virus, atau stress (seperti berhubungan dengan mengantisipasi tindakan gigi atau operasi) bisa memicu serangan berupa pembengkakan (angioedema).
Daerah pada kulit, jaringan di bawah kulit, atau selaput lapisan mulut, tenggorokan, pipa udara, dan saluran pencernaan bisa bengkak. Biasanya, daerah yang bengkak tersebut sangat menyakitkan, tidak terasa gatal. Hive tidak muncul. Mual, muntah, dan kram sering terjadi. Pembengkakan pada saluran udara bisa mengganggu pernafasan. Dokter mendiagnosa gangguan tersebut dengan mengukur kadar inhibitor C1 atau aktivitas pada contoh darah.
Obat asam aminocaproic kadangkala bisa meringankan bengkak tesebut. Epinephrine, antihistamin, dan kortikoseroid seringkli diberikan, meskipun tidak terdapat bukti bahwa obat-obatan ini efektif. Jika seragan tiba-tiba berhubungan dengan pernafasan, saluran udara harus dibuka-misal, dengan memasukkan pipa pernafasan pada saluran nafas.
Pengobatan tertentu bisa membantu mencegah serangan berikutnya. Misalnya, sebelum prosedur gigi atau operasi, orang dengan angioedema menurun kemungkinan diberikan transfusi plasma segar untuk meningkatkan kadar inhibitor C1 pada darah. untuk pencegahan jangka panjang, anabolic steroid (androgen) digunakan melalui mulut, seperti stanozolol atau danazol, bisa merangsang tubuh untuk menghasilkan lebih banyak inhibitor C1. Karena obat-obatan ini bisa mengalami efek samping masculinizing, dosis obat tersebut dikurangi sesegera dan sebanyak mungkin ketika obat-obatan ini diberikan kepada wanita.




BAB II
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Alergi adalah Keadaan dimana seseorang menjadi sangat rentan terhadap bahan/senyawa yang belum tentu menimbulkan gangguan pada orang lain.
Dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Reaksi Alergi dapat timbul setelah beberapa kali terpapar dengan alergan ( bahan/senyawa penyebab alergi )
Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka.
Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen pelindung yang normal pada sistem kekebalan,
Macam-macam reaksi alergi:
  Rinitis Alergika Musiman
  Rinitis Alergika Pereneal
  Konjungtivitis Alergika
  Alergi & Intoleransi Makanan
  Anafilaksis
  Kaligata (Urtikaria)
  Angioedema Herediter
  Mastositosis
  Alergi Fisik



DAFTAR PUSTAKA


D, Silva A, Palmer D (2007). "Immunosenescence: emerging challenges for an ageing population". Immunology 120 (4): 435–446.
Bowers, William (2006). "Immunology - Chapter nine: Cells involved in immune responses". Microbiology and Immunology On-Line Textbook. USC School of Medicine. Diakses pada 4 Januari 2007.
http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas