Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Kamis, 15 Desember 2011

� ASKEP GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ASKEP ANEMIA HEMOLITIK


MAKALAH
GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
ASKEP ANEMIA HEMOLITIK

 DISUSUN OLEH
REZA SYAHBANDI JASMAWI JAYA




YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S.1
2010/2011







KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Hemolitik” tepat pada waktunya.
   Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengrjaan makalah ini.
   Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.




                                                                                    mataram, 16 Desember 2009



                                                                                                Penulis
















DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................      i
KATA PENGANTAR ...............................................................................     ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN                                                                           
1.1    Latar Belakang ...............................................................................     1
1.2    Rumusan Masalah ..........................................................................     1
1.3    Tujuan ............................................................................................     2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1        Pengertian Anemia Hemolitik ........................................................     3
2.2        Etiologi...........................................................................................     3
2.3        Patofisiologi....................................................................................     5
2.4        Manifestasi klinis............................................................................     7
2.5        Pemeriksaan Diagnostik .................................................................     7
2.6        Penatalaksanaan..............................................................................     8
BAB III PEMBAHASAN KASUS ...........................................................   10
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan .......................................................................................   21
4.2  Saran .................................................................................................   21
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Anemia hemolitik adalah anemia yang tidak terlalu sering dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Pada kasus-kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP sanglah tahun 1997. Anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus anemia, menempati urutan ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder keganasan hematologis.
Anemia hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit sebelum waktunya. Dalam keadaan in sumsum tulang memproduksi darah lebih cepat sebagai kompensasi hilang nya sel darah merah. Pada kasus Anemia biasanya ditemukan splenomegali diakibatkan karena absorbsi sel darah ysng telah mati secara berlebihan oleh limpa. Karena pada anemia hemolitik banyaknya sel darah merah yang mati pada waktu yang relative singkat
Pada kasus anemia hemolitik yang akut terjadi distensi abdomen di karenakna hepatomegali dan splenomegali
Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep dasar anemia hemolitik serta asuhan keperawatannya.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.      Apa Pengertian dari Anemia Hemolitik ?
2.      Apa Etiologi dari anemia Hemolitik ?
3.      Bagaimanakah patofisiologis pada anemia Hemolitik?
4.      Apa saja manifestasi dari anemia Hemolitik?
5.      Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan ?
6.      Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
7.      Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia Hemolitik ?
1.3    Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Hemolitik ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.







































BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1        Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia yan di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari).
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular)..
2.2        Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
1.      Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a.      Gangguan struktur dinding eritrosit
Ø  Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis ditemukan kolelitiasis.
Ø  Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
Ø  A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
b.      Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
Ø  Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Ø  Defisiensi Glutation reduktase
Ø  Defisiensi Glutation
Ø  Defisiensi Piruvatkinase
Ø  Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
Ø  Defisiensi difosfogliserat mutase
Ø  Defisiensi Heksokinase
Ø  Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
c.       Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun telah mencapai keadaan yang normal
Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
Ø  Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
Ø  Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal talasemia
2.      Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
Ø  Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
Ø  Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
Ø  Infeksi, plasmodium, boriella
2.3        Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan hypersplenism. Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan oleh virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis, perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia sel sabit atau talasemia.

2.4        Manifestasi Klinis
Kadang – kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
Ø  Demam
Ø  Mengigil
Ø  Nyeri punggung dan lambung
Ø  Perasaan melayang
Ø  Penurunan tekana darah yang berarti
Secara mikro dapat menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
1.   Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan feses.
2.   Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
3.   Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
4.   Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan.
2.5        Pemeriksaan Diagnostik
1.   Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
Ø  Bilirubin serum meningkat
Ø  Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
Ø  Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
2.   Gambaran peningkatan produksi eritrosit
Ø  Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
Ø  hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang


3.      Gambaran rusaknya eritrosit:
Ø  morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
Ø  fragilitas osmosis, otohemolisis
Ø  umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom. persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit
2.6        Penatalaksanaan / Pengobatan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan khusus. Oleh karena itu, hanya aspek perawatan medis yang relevan dengan sebagian besar kasus anemia hemolitik yang dibahas di sini.
1.   Terapi transfusi
Ø  Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.
Ø  Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres jantung.
Ø  Pada anemia hemolitik autoimun (AIHA), jenis pencocokan dan pencocokan silang mungkin sulit. Gunakan paling tidak kompatibel transfusi darah jika ditandai.. Risiko hemolisis akut dari transfusi darah tinggi, tetapi derajat hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-lahan memindahkan darah oleh pemberian unit setengah dikemas sel darah merah untuk mencegah kehancuran cepat transfusi darah.
Ø  Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya, talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan chelator deferasirox dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral tradisional agen, deferoxamine. 10


2.   Menghentikan obat
Ø  Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan seperti obat sulfa (lihat Diet).
Ø  Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah sebagai berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap):
ü  Penisilin
ü  Sefalotin
ü  Ampicillin
ü  Methicillin
ü  Kina
ü  Quinidine
Ø  Kortikosteroid dapat dilihat pada anemia hemolitik autoimun. 
3.   Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa jenis anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun.
Ø  Dalam kasus lain, seperti di AIHA, splenektomi dianjurkan bila langkah-langkah lain telah gagal.
Ø  Splenektomi biasanya tidak dianjurkan dalam gangguan hemolitik seperti anemia hemolitik agglutinin dingin.
Ø  Diimunisasi terhadap infeksi dengan organisme dikemas, seperti Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, sejauh sebelum prosedur mungkin.




BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS :
Tn D datang kerumah sakit DKT pada tanggal 14 November 2009 dengan di antar keluarga nya, Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung nya serta sesak nafas, dan mudah lelah saat beraktivitas.  Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg. Klien tampak pucat, konjungtiva pucat. Tn D mengatakan bahwa awalnya dia mengira kalau dia hanya kelelahan bekerja dan jadwal makan tidak teratur, tapi lama kelamaan penyakitnya bertamabah parah.
Setelah dilakukan pemerikasaan TD : 100/70 mmHg, Suhu : 350 C, RR : 24x/i, HR : 85x/i, BB : 58, TB : 167. Badan pasien teraba dingin. Pada palpasi bagian abdomen diketahui bahwa pasien mengalami Splenomegali dan pada saat aukultasi terdengar bunyi usus menurun . Porsi makan yang diberikan tidak digabiskan. Urine pasien berwarna pekat, feses nya hitam dan keras .
Setelah dilakukan pemeriksaan Labor didapatkan jumlah eritrosit 3000 sel/mm3.
A.          Pengkajian
DS :
Ø  Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
Ø  Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
Ø  Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg.
DO :
Ø  TD : 100/70 mmHg
Ø  Suhu : 350
Ø  RR : 24x/i
Ø  HR : 85x/i
Ø  BB : 58 Kg
Ø  Pasien tampak pucat dan konjungtiva pucat
Ø  Pada saat palpasi abdomen terdapat splenomegali
Ø  Porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan
Ø  Badan pasien teraba dingin
Ø  Urine pekat dan feses hitam
Ø  Pada Auskultasi terdengar bunyi usus
Ø  Jumlah eritrosit 3000 sel/mm3

B.           Analisa Data
NO
SIGN & SYMTOMP
ETIOLOGI
PROBLEM
1
DS : Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
Ø  Badan pasien teraba dingin
Ø  Pasien tampak pucat dan konjungtiva pucat
Ø  TD : 100/70 mmHg
Ø  Suhu : 350
Ø  RR : 24x/i
Ø  HR : 85x/i
Ø  Jumlah eritrosit 3000 sel/mm3
Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
Perubahan perfusi jaringan
2
DS :
Ø  Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
Ø  Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg.
DO :
Ø  Porsi makan yang diberikan tidak habis
Ø  Keadaan umum buruk
Ø  BB : 58 Kg
Nafsu makan menurun, mual
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3
DS : Tn D mengatakan lambung nya nyeri
DO :
Ø  Urine pekat dan feses hitam
Ø  Pada Auskultasi terdengar bunyi usus menurun
Penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Konstipasi
4
DS : Tn D mengeluhkan pusing, lemas, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
Ø  TD : 100/70 mmHg
Ø  RR : 24x/i
Ø  HR : 85x/i
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.
Intoleransi aktifitas
5
DS : Tn D mengatakan bahwa awalnya dia mengira kalau dia hanya kelelahan bekerja dan jadwal makan tidak teratur, tapi lama kelamaan penyakitnya bertamabah parah.
DO : -
Kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Kurang pengetahuan

C.          NCP
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan perfusi jaringan
b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

DS : Tn D mengeluhkan pusing, lemas, menggigil, nyeri punggung dan lambung, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
-          Badan pasien teraba dingin
-          Pasien tampak pucat dan konjungtiva pucat
-          TD : 100/70 mmHg
-          Suhu : 350
-          RR : 24x/i
-          HR : 85x/i
-          Jumlah eritrosit 3000 sel/mm3
Peningkatan perfusi jaringan

KH :
-          Keadaan umum Tn. D membaik
-          TD : 120/80 mmHg
-          Suhu 36,50 C – 370 C
-          Jumlah Eritrosit 5000 – 9000 sel/mm3
-    Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

-    Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.





-    Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.


-    Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.


-    Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
-    Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
-    Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
-    Berikan transufi darah sesuai indikasi
-    Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
-    Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
-    Gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
-    Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

-    Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen




-    Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.





-    Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
-    Meningkatkan jumlah sel darah merah
2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b.d nafsu makan menurun, mual

DS :
Ø  Tn D mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
Ø  Tn D mengatakan sebelum sakit berat badan nya 65 Kg.
DO :
Ø  Porsi makan yang diberikan tidak habis
Ø  Keadaan umum buruk
Ø  BB : 58 Kg
Kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh

KH :
Ø  Keadaan umum membaik
Ø  Tn D dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan
Ø  Mengalami peningkatan BB
-       Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai
-       Observasi dan catat masukkan makanan pasien


-       Timbang berat badan setiap hari.


-       Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan
-       Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan
-       Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.

-       Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.


-       Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium


-       Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi
-       Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
-       Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
-       Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
-       Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster
-       Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.


-       Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
-       Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
-       Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
-       Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3.
Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

DS : Tn D mengatakan lambung nya nyeri
DO :
Ø   Urine pekat dan feses hitam
Ø   Pada Auskultasi terdengar bunyi usus menurun.
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus

KH :
-          Tn D mengatakan lambungnya tidak nyeri lagi
-          Warna urine normal, dan warna feses normal serta konsistensi yang normal
-          Bunyi usus normal.
-          Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah

-          Auskultasi bunyi usus



-          Awasi intake dan output (makanan dan cairan).




-          Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung


-          Hindari makanan yang membentuk gas
-          Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
-          Kolaborasi ahli gizi untuk diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk.






-          Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
-          Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
-     Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
-     bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi
-     dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet
-     membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare
-     menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
-     mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan









-     serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
-     mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.







-     menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
4.
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.

DS : Tn D mengeluhkan pusing, lemas, serta sesak nafas dan mudah lelah saat beraktivitas.
DO :
-          TD : 100/70 mmHg
-          RR : 24x/i
-          HR : 85x/i
Dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas

KH :
-        Tn D dapat beraktivitas dengan normal.
-        RR : 12 – 21x/i
-        HR : 60 – 80x/i
-        TD : 120/80 mmHg
-     Kaji kemampuan ADL pasien.


-     Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.


-     Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan
-     Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
-     Gunakan teknik menghemat energi,





-     Anjurkan pasien untuk mengehentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
-    Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

-    Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
-    Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru

-    Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
-    Mendorong pasien melakukan banyak aktivitas dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
-    Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi /kegagalan
5.
Kurang pengetahuan
Kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

DS : Tn D mengatakan bahwa awalnya dia mengira kalau dia hanya kelelahan bekerja dan jadwal makan tidak teratur, tapi lama kelamaan penyakitnya bertamabah parah.
DO : -
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
KH :
Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
-        Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
-        Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic





-        Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

-        Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

-        Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
-        memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi

-        ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
-        megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
-        dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas
-        Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan





BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Anemia hemolitik adalah anemia yan di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari)
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
1.      Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Ø  Gangguan struktur dinding eritrosit
Ø  Gangguan pembentukan nukleotida
Ø  Hemoglobinopatia
2.      Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
Ø  Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
Ø  Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
Ø  Infeksi, plasmodium, boriella

4.2    Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

1 komentar: �