Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Sabtu, 17 Desember 2011

� Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Appendic


Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Appendic
APPENDICITIS

A. Definisi
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisitis
verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)
Usus buntu atau apendiks vermiformis merupakan penonjolan kecil
yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar
(caecum), tepatnya di daerah perbatasan dengan usus ileum kuadran
kanan bawah.
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks disebut juga
umbai cacing.

B. Etiologi
Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:
1. Fekalis/ massa keras dari feses
2. Tumor, hiperplasia folikel limfoid
3. Benda asing
4. Bakteri. Namun
5. Sumbatan dari lumen apendiks
6. Adanya timbunan tinja yang keras (fekalit)
7. Tumor apendiks
8. Pengikisan mukosa apendiks akibat parasit seperti E. hystolitica.
9. Makanan rendah
10. Tinja yang keras pada akhirnya akan meneyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan tekanan di dalam sekum sehingga akan mempermudah timbulnya penyakit itu.

C. Patofisiologi
Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus.
Idiopatik makan tak teratur Kerja fisik yang keras

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah menurun

Mukosa terkikis Perforasi, Abses, peritonitis

Appendiktomy

D. Manifestasi klinis
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
2. Mual, muntah
3. Anoreksia, malaisse
4. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
5. Spasme otot
6. Konstipasi, diare
(Brunner & Suddart, 1997)

E. Pemeriksaan
Keluhan yang dirasakan oleh penderita, biasanya berupa demam ringan dengan suhu 37,5-38,5 C. Bila suhu tubuhnya sudah tinggi, maka mungkin sudah terjadi perforasi.
a. Inspeksi (pengamatan), tidak akan ditemukan tanda yang khas,
karena memang tidak ada penonjolan atau penimbunan pada bagian
perut.
b. Palpasi (memegang) perut. Pada daerah perut kanan bawah,
seringkali bila ditekan akan terasa nyeri. Terkadang bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri perut kanan bawah merupakan
kunci dari diagnosis appendicitis akut. Nyeri perut kanan bawah
juga dirasakan bila penderita bergerak, bernafas dalam, berjalan,
batuk dan mengejan.
c. Pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak apendiks bila
letak apendiks sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur
kemudian terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks penderita
terletak di daerah pelvis.
d. Laboratorium, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
e. Radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis
apendisitis.
f. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis
apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan
anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan
pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat
jelas gambaran apendiks.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan standar untuk apendisitis adalah operasi. Pernah dicoba pengobatan dengan antibiotik, walaupun sembuh namun tingkat kekambuhannya mencapai 35 %. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari.


ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN APENDICTOMY

A. Asuhan Keperawatan Pre Operatif
1. Biodata pasien
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 49 tahun
c. No. register : 065303
d. Ruang : ZH
e. Dx medis : Appendisitis
f. Tindakan operasi : appendictomy
g. Kmr op/tanggal : II/20 Maret 2009
h. Status kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : TD: 110/80 mmhH, Rr: 24x/mnt, N: 82x/mnt,
S: 36,5oC.
2) Riwayat kesehatan : Tidak memiliki alergi ataupun penyakit apapun
sebelumnya
3) Cairan parenteral : RL 500 cc.
4) Kebersihan colon lambung : Puasa selama ± 8 jam.
5) Pencukuran daerah operasi : Sudah
6) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol: Tidak
7) Personal Hygiene (mandi) : Sudah
8) Pengosongan kandung kemih : Sudah terpasang DC.
9) Latihan: pasien sudah latihan nafas
10) Baju operasi: sudah
2. Persiapan penunjang
Laboratorium
a. CT : 5,5 (1 – 6 menit)
b. BT : 4 (2 – 6 menit)
c. Gol. Darah : B
d. Hb : 13,9 (12-16 gr%)
e. AL : 7800 (4.000 – 10.000 /mm)
f. AT : 245.000 (150.000 – 400.000)
g. Gula sewaktu : 87 (100-130 mg/dl)

3. Inform consent: sudah, penanggungjawab : Tn.S
4. Definisi dan pathway
a. Definisi
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisitis verniformis
dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Brunner & Suddart, 1997)
b. Pathway
Idiopatik makan tak teratur Kerja fisik yang keras

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah menurun

Mukosa terkikis Perforasi, Abses, peritonitis

Appendiktomy

5. Status Psikososial Pasien:
a. Subyektif
1) Pasien bertanya tentang prosedur operasi.
2) Pasien bertanya tentang lamanya operasi.
3) Pasien mengatakan agak khawatir tentang jalannya operasi.
b. Obyektif
1) Pasien terlihat gelisah saat tiduran di bed
2) Wajah pasien terlihat tegang
3) Mata pasien terlihat kosong dan melihat kesana-kemari.
4) RR : 22 x/mnt, N : 80 x/mnt

6. Diagnosa keperawatan
Ansietas b.d tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan/ KH (NOC):
Pasien mampu mengkoping kecemasan tersebut.

7. Intervensi (NIC):
a. Interaksi dengan pasien sesuai pemahaman pasien.
b. Kaji sumber ansietas.
c. Berikan motivasi pada pasien.
d. Identifikasi dan mendukung strategi koping yang biasa di gunakan
pasien.

8. Implementasi
1 Berinteraksi dengan pasien sesuai pemahaman pasien, Pasien
Kooperatif
2. Mengkaji sumber ansietas, Pasien Kooperatif
3. Memberikan motivasi pada pasien, Pasien Kooperatif
4. Mengidentifikasi dan mendukung strategi koping yang biasa di
gunakan pasien, Pasien Kooperatif

9. Evaluasi
S : Pasien mengatakan adanya kesiapan untuk menjalani operasi
O : Pasien masih terlihat tegang ketika akan dipindah ke kamar
operasi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi (Pembedahan)


B. Asuhan Keperawatan Intra Operatif
1. Persiapan pasien
Posisi pasien : Supinasi
TD : 110/80 mmhg
RR : 12x/mnt
N : 76x/mnt
SO2 : 99
Pemasangan : Bed Side Monitor

2. Jenis Anestesi : Spinal Anestesi
3. Persiapan Alat
a. Basic Set Besar
Bengkok (2)
Kom (2)
Skapel besar (1), kecil (1)
Pinset anatomis besar (1), kecil (1)
Pinset sirugis besar (1), kecil (1)
Nailfuder (2) Klem arteri (10)
Duk klem (6)
Kocher (4)
Gunting tumpul (1), lancip (1)

b. Instrumen tambahan
Jas operasi (4)
Handschoon (4 pasang)
Big kassa (1)
Kassa (6 bundel)
Duk besar (2)
Duk kecil (2)
Duk lubang besar (1)
Suction (1)
Cutter (1)
Elis (1) Hak kecil (2)
Langen sedang (2), besar (2)
Ohak (2) : kecil & sedang
Klem bengkok panjang
Bisturi no.22
Benang :
Side 2/0, Side 3/0, Cromic 2/0 atraumatic, Cromic 0 atraumatic,
Plain 2/0
Jarum :
taper 2 buah, cutting 1 buah

4. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No Tindakan Peralatan
1. Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem panjang, kassa
2. Drapping Duk besar, duk kecil, duk lubang besar, duk klem
3. Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kasa
4. Melakukan sayatan transperitoneal lapis demi lapis hingga
peritonium Pisau, kasa, klem arteri, pinset cirurgis, gunting,
hak kecil dan sedang
5. Mencari appendik & melapangkan area operasi Klem arteri, kassa,
silk deep, hak besar, suction, elis
6. Memotong pangkal appendiks, dan menjahit appendiks Klem arteri,
nalfuder, side 2/0, gunting, hak besar, cutter, silk deep, elis
7. Observasi perdarahan & membersihkan area operasi Big kassa,
kassa, klem ovarium, pinset cirurgis, hak perut, silk deep,
suction
8. Hecting peritonium Cromic 2/0 atraumatic, pinset sirugis,
nailfuder, klem arteri, gunting, kassa, hak besar
9. Hecting otot Plain 2/0, jarum taper
10 Hecting fascia Cromic 0 atraumatic
11. Hecting lemak Chromic 2/0, jarum taper
12. Hecting kulit Side 3/0, jarum cutting
13. Desinfeksi Kasa betadin
14. Balut luka Kassa steril dan hipafix

C. Asuhan Keperawatan Post Operatif
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
A (airway) : Tidak terdapat sumbatan jalan nafas ditandai
pasien dapat berbicara
B (breathing) : Mafas spontan 14x/mnt, tidak ada bunyi
nafas tambahan
C (circulating) : Kulit pasien teraba dingin, pucat.
b. Pengkajian Sekunder
1) Kepala : Rambut bersih, telinga simetris tak ada serumen.
2) Mata : Simetris, anemis, bersih
3) Hidung : Tidak terdapat polip
4) Mulut : Gigi bersih, mukosa kering, bibir pecah-pecah
5) Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
6) Dada : Simetris, putting rata, tak ada benjolan, terdengar nafas
vesikuler
7) Abdomen : Terdapat insisi luka operasi
8) Genetalia : Terpasang DC.
9) Ekstermitas : Keempat ekstermitas lengkap, tangan kanan terpasang
infus RL 500cc, kaki masih belum bisa digerakkan

Jenis Anastesi : Spinal Anastesi
Penilaian : Bromage score
No Kriteria Standar Masuk (awal di RR) Keluar dr RR
1. Gerakan penuh dari tungkai 0 2 1
2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1 2 1
3. Tidak mampu fleksi lutut 2 2 2
4. Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 3 2 1
Nilai <2>

2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kesadaran pasien yang belum optimal

b. Rencana Keperawatan
1) Tujuan
Resiko cedera menurun (perilaku keamanan : pencegahan jatuh)
Kriteria Hasil: dalam waktu 15 menit, klien dapat:
a) Mencegah terjadinya jatuh
b) Kesadaran optimal
c) Mengembangkan strategi pengendalian resiko cedera.

2) Rencana Tindakan Keperawatan
a) Indentifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
misal : defisit motorik/sensorik, perubahan status fisik,
tingkat kesadaran klien
b) Identifikasi faktor lngkungan yang memungkinkan resiko jatuh
] (posisi pasien senyaman mungkin)
c) Pantau tingkat kesadaran pasien dan lakukan RPS yaitu dengan
Bromage score
d) Anjurkan untuk makan dan minum langsung setelah operasi
e) Anjurkan Bed rest selama 24 jam

3) Implementasi
No Implementasi Respon Pasien
1 Memantau tingkat kesadaran pasien Klien Kooperatif
2 Memasang penghalang tempat tidur Klien Kooperatif
3 Mengajak klien berbincang-bincang (menanyakan nama dan alamat)
Klien Kooperatif
4. Menganjurkan makan dan minum langsung setelah operasi dengan penyajian yang masih hangat. Klien Kooperatif

4) Evaluasi Sumatif
No SOAP TTD
1 S: klien mengatakan masih sakit
O:
a. TTV:
TD:100/60 mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 36,5oC
b. Kesadaran : Bromage Score: 1, tidak mampu fleksi lutut
c. Bngun bila dipanggil
d. Gringsang
e. Terpasang plang bed.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan RTL

3. Diagnosa keperawatan

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kesadaran pasien yang
belum optimal

4. Rencana Keperawatan
Tujuan
Resiko cedera menurun (perilaku keamanan : pencegahan jatuh)
Kriteria Hasil: dalam waktu 15 menit, klien dapat:
Mencegah terjadinya jatuh
Kesadaran optimal
Mengembangkan strategi pengendalian resiko cedera.

6) Rencana Tindakan Keperawatan
Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misal : defisit motorik/sensorik, perubahan status fisik, tingkat kesadaran klien
Identifikasi faktor lngkungan yang memungkinkan resiko jatuh (posisi pasien senyaman mungkin)
Pantau tingkat kesadaran pasien dan lakukan RPS yaitu dengan Bromage score
Anjurkan untuk makan dan minum langsung setelah operasi
Anjurkan Bed rest selama 24 jam

7) Implementasi
No Implementasi Respon Pasien
1 Memantau tingkat kesadaran pasien Klien Kooperatif
2 Memasang penghalang tempat tidur Klien Kooperatif
3 Mengajak klien berbincang-bincang (menanyakan nama dan alamat)
Klien Kooperatif
4. Menganjurkan makan dan minum langsung setelah operasi dengan
penyajian yang masih hangat. Klien Kooperatif
8) Evaluasi Sumatif
1 S: klien mengatakan masih sakit
O: TTV:
TD:100/60 mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 36,5oC
g. Kesadaran : Bromage Score: 1, tidak mampu fleksi lutut
h. Bngun bila dipanggil
i. Gringsang
j. Terpasang plang bed.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan RTL

0 komentar:

Posting Komentar