BAB
1
PENDAHULUAN
1.
Latarbelakang
Prosedur dan
pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat
melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,memantau perjalanan
penyakit serta menentukan prognosa.
Karena itu
perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat
3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium
yaitu :
1.
Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan
pemeriksaan.
2.
Faktor Instrumentasi : saat
pemeriksaan ( analisa ) sample
3.
Faktor Pasca instrumentasi : saat
penulisan hasil pemeriksaan
Pada
tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara
petugas,pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu
/mempengaruhi hasi lpemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi
meliputi :
1.
Pemahaman instruksi dan pengisian
formulir laboratorium.
2.
Persiapan penderita.
3.
Persiapan alat yang akan dipakai.
4.
Cara pengambilan sample.
5.
Penanganan awal sampel ( termasuk
pengawetan ) & transportasi.
2. Tujuan
2.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
berbagai macam pemeriksaan dan cara menpermudah para mahasiswa melakukan
berbagai pemeriksaan.
2.2. Tujuan Khusus
1. Agar
para mahasiswa dapat memehami definisi pemeriksaan
2. Agar
para mahasiswa dapat memehami indikasi atau tujuan pemeriksaan
3. Agar
para mahasiswa dapat memehami kontra indikasi pemeriksaan
4. Agar
para mahasiswa dapat memehami persiapan pasien pemeriksaan
5. Agar
para mahasiswa dapat memehami prosedur tindakan pemeriksaan
6. Agar
para mahasiswa dapat memehami persiapan alat
pemeriksaan
7. Agar
para mahasiswa dapat memehamihal – hal yang perlu diperhatikan pada berbagai
pemeriksaan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pemeriksaan
Lumbal Funksi
1.
Pengertian
Lumbar
puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum
kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan
serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,menentukan
ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok
subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis
spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)
2.
Indikasi
1. Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan
pemeriksaan pasien yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau
tumor malignan.
2. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau
dicurigai adanya perdarahan subarachnoid.
3. Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
4. Untukmengidentifikasiadanyatekananintrakarnial/intraspinl
intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat intratekal seperti
terapi antibiotik atau obat sitotoksik.
3.
Kontraindikasi
1. Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan
menyebabkan meningitis.
2. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral
atau herniasi serebral
3. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif.
Hal ini akan sulit untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.
4.
Persiapan
alat
1. Troleey
2. Kassa steril
3. Kapas steril
4. Sarung tangan steril
5. Baju steril
6. Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.
7. Manometer spinal
8. Masker dan pelindung mata
9. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
10. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
11. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
12. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan
biokimia).
13. Plester
14. Depper
15. Jam yang ada penunjuk detiknya
16. Tempat sampah.
5.
Persiapan
pasien
1.
Pasien
diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas
kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2. Jelaskan
prosedur pemeriksaan pada klien.
6.
Prosedur
1. Preinteraksi
1) Kaji
catatan medis dan catatan keperawatan klien
2) Kesiapan
perawat melakukan tindakan
3) Jelaskan
tujuan tindakan
4) Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
5) Cuci tangan.
2. Interaksi
1) Paparkan
daerah lumbal.
2) Pasien diposisikan di ujung saping tempat tidur atau meja
pemeriksaan dengan bokong menghadap ke dokter,paha dan tungkai difleksikan
semaksimal mungkin meningkatkan rongga antara prosesus spina vertebra, untuk mempercepat masuknya jarum ke ruang
subarakhnoid.
3) bantal kecil ditempatkan di bawah kepala pasien untuk
mempertahankan spina dalamposisi lurus; mungkin juga bantal kecil ditempatkan
diantara tungkai untuk mencegah tungkai atas berputar ke depan.
4) Perawat membantu pasien mempertahankan kepala pasien untuk
menghindari pergerakan yang tiba-tiba, karena akan menyebabkan trauma.
5) Pasien dianjurkan untuk relaks dan diinstruksikan bernafas secara
normal,karenahiperventilasi akan menurunkan meningginya tekanan.
6) Perawat menggambarkan prosedur step demi step kepada pasien selama
proses berlangsung.
7) Dokter membersihkan tempat penusukan dengan larutan antiseptic.
8) Anestesi local disuntikan ke tempat tempat penusukan dan jarum
spinal dimasukan keruang subarakhnoid melalui interspace lumbal ketiga dan
keempat atau kelima.
9) Spesimen CSF dikeluarkan dan biasanya ditampung dalam tiga ples,
diberi label. Jarum dicabut.
10) Kassa ditempelkanpada tempat penusukan.
11) Ples-ples CSF dikirim ke laboratorium dengan segera.
3. Terminasi
1) Anjurkan
pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas
jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.
2) Monitor
pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter bila terjadi komplikasi.
3) Anjurkan
meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache
post-prosedur.(Brunner and Suddarth’h. 1999 p 1631)
4) Rapikan
alat-alat
5) Cuci
tangan
6) dokumentasi
7.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan
1. Posisi
yang tepat merupakan fungsi menuju sukses
2. Tindakan
dapat dilakukan dengan pasien duduk dan membungkuk ke depan di atas bantal yang
di tempatkan di atas sandaran di samping tempat tidur
3. Jika
berhasil pada tindakan pertama maka jarum di tarik kembali dari kulit dan di
coba lagi pada sudut yang sedikit berbeda
4. Jika
pasien sebelimnya pernah mengalami pembedahan spinal atau pernah mengalami
suatu proses infeksi pada radio lumbal,maka diperlukan suatu konsultasi bedah
syaraf untuk memperoleh cairan dari kanalis spinalis servikal
5. Jika
terdapat dugaan kuat adanya meningitis bakterialis maka antibiotik dapat
diberikan sebelum pungsi lumbal
8.
Diagnosa
yang mungkin muncul
1. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan pasien sering
bertanya-tanya tentang prosedur yang dilakukan
2. Gangguan
nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada luka bekas lumbal pungsi ditandai
dengan klien mengatakan dia sakit dan wajah klien tampak pucat.
3. Gangguan
pola istirahat tidur berhubungan dengan luka pada bekas penusukan lumbal pungsi
ditandai dengan klien nampak lemas,konjungtiva pucat dan klien sering terbangun
pada malam hari.
B.
Pemerisaan
CT SCAN
1.
Pengertian
CT
Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak
2.
Indikasi
1)
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
2)
Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit
jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan
berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
3)
Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran
kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
4)
Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang
belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila
timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan
saraf lainnya.
5)
Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ
pencernaan dll.
6)
Membantu proses biopsy jaringan atau proses
drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan
sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
7)
Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan
pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak
memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
3.
Kontraindikasi
1. Pasien
dengan berat badan kurang dari145 kg.
2. Pasien
tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25
menit.
3. Pasien
dengan alergi iodine
4.
Persiapan
alat
Persiapan alat dan bahanAlat
dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)
Peralatan
sterill meliputi:
1.
Alat-alat
suntik
2.
Spuit.
3.
Kassa
dan kapas
4.
Alkohol
b)
Peralatan
non-steril meliputi:
1.
Pesawat
CT-Scan
2.
Media
kontras
3.
Tabung
oksigen
Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan
kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan
reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat
anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur
anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat
dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat
menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik
injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).
1.
Jenis
media kontras : omnipaque, visipaque
2.
Volume
pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
3.
Injeksi
rate : 1 – 3 mm/sec.
5.
Persiapan
pasien
a.
CT scan otak :
1)
Klien dan keluarga
klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)
Inform concent
3)
Jelaskan prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat
pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras.
4)
Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien
sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar
pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan
kontras secara intra vena.
5)
injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip
infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena (
Seeram, 2001 )
Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec
b.
CT scan thorax :
1)
Klien dan keluarga
klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)
Inform concent
3)
Jelaskan tujuan
tindakan kepada klien dan keluarga
4)
Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien
sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar
pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan
kontras secara intra vena.
5)
injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip
infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena (
Seeram, 2001 ).
c.
CT Scan abdomen
1)
Klien dan keluarga
klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)
inform consent
3)
Jelaskan tujuan
dan prosedur tindakan kepada klien
4)
Pasien meminum kontras
:
· Pasien minum kontras 300 cc 2 jam
sebelum pemeriksaan.
· Satu jam sebelum pemeriksaan pasien
minum 200 cc yang kedua.
· Ketika akan dilakukan pemeriksaan
pasien minum bahan kontras ke tiga sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras
per anal sebanyak 500 cc.
6.
Prosedur
1. Preinteraksi
1. Lihat
catatan keperawatan dan catatan medis
2. Jelaskan
tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien
2. Interaksi
1. Cuci tangan
2. Memakai handscone
3. Posisi terlentang dengan tangan
terkendali.
4. Meja elektronik masuk ke dalam alat
scanner.
5. Dilakukan pemantauan melalui
komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya
kelainan.
6. Selama prosedur berlangsung pasien
harus diam absolut selama 20-45 menit.
7. Pengambilan gambar dilakukan dari
berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
8. Selama prosedur berlangsung perawat
harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
9. Cuci tangan
3. Terminasi
1. Sesudah pengambilan gambar pasien
dirapihkan.
2. Evaluasi
3. Dokumentasi
7.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan
1. Observasi keadaan alergi terhadap
zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50
mg.
2. Mobilisasi secepatnya karena pasien
mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
3. Ukur intake dan out put. Hal ini
merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama
24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi
yang cepat oleh seorang perawat dan dokter
8.
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul
1. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai
dengan klien tampak pucat,tekanan darah meningkat dan klien sering menanyakan
dampak dari prosedur pemeriksaan.
2. Kurangnya
pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan berhubungan dengan kurangnya mendapat
penyuluhan tentang prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien terlihat bingung
dan sering bertanya-tanya tentang pemeriksaan.
C.
Pemeriksaan
MRI
1.
Pengertian
1.
Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan
radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk
proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat
menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh
2.
Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat
diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan
medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi,
penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar
potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet
berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi
getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara, dkk,2010).
3.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik
penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom
hydrogen (Eko Bastiansyah 2008)
2.
Tujuan
1. MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat
pada area yang membedakan tumor otak dan abses otak
2. Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi
aliran darah
3. Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi
cariran (edema) secara tiba-tiba.
3.
Indikasi
1.
Neoplasma
2.
Infection
3.
Infarction
4.
Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan
aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan
pembuluh darah otak, dsb.
5.
Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot,
kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang
belakang, dsb.
6.
Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan
MRA (Magnetic Resonance Angiografi) carotis, dsb.
4.
Kontraindikasi
1.
Relatif :
a. Anemia hemolitika
b. Riwayat alergi dengan bahan yodida
2.
Mutlak :
a. Kehamilan dan menyusui
b. Gagal ginjal
3.
Untuk
pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),
4.
Pasien dengan alat bantu
dengar
5.
pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam,
yang di pasang pada bagian tubuhnya, antara lain dapat berupa klippadaoperasi
aniurisma, facemarker pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan
sebagainya
6.
Pasien yang sedang
menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon untuk melaporkan
pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan dengan alas an
trakut melukaipasien.
5.
Persiapan
alat
1. Meja
MRI
2. Bel
6.
Persiapan
klien
1. Pasien diharap tidak
mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam secara berlebih. Hal
ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi.
2. Pasien akan diminta
diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai.
3. Memberikan
kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur untuk
menghindari ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia
4. Memberikan
inform cocent
5. Berikan
medikasi sebelum tes
6.
Kaji kemungkinan reaksi iodin
7.
Prosedur
1. Preinteraksi
1. Cuci
tangan
2. Jelaskan
tujua dilakukan pemeriksaan pada klien
2. Interaksi
1. Pasien
berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2. Meja
MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat
3. Pasien
akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara ketukan
selama jalannya pemeriksan
4. Selama
pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan dapat
langsung berkomunikasi dengan petugas MRI
5. Pasien
akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI,atau
mengalami kondisi yang kurang nyaman
6. Pada
umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit
7. Setelah
pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal seperti biasa
8. Cuci tangan
3. Terminasi
1.Evaluasi
2.Dokumentasi
8.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan
1.
Pada pemeriksaan MRI
ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda(trisemester 1)
2.
Pasien memberikan
informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan
9.
Diagnosa
yang mungkin muncul
1. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai
dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien meningkat.
2. Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah ditandai dengan
klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.
D.
Pemeriksaan
EEG
1.
Pengertian
1. Elektro Ensefalografi adalah suatu
prosedur pemeriksaan menggunakan alat elektromedik yang digunakan untuk merekam
aktivitas listrik otak, melalui tengkorak yang utuh.juga merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan
mereka gelombanggelombang otak.
2. EEG
adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk
menentukan adanya kelainan gelombanggelombang di otak secara fungsional(Jan Nissl, 2006)
2.
Indikasi
EEG
dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)
1.
Mendiagnosa
dan mengklasifikasikan Epilepsi
2.
Mendiagnosa
dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,parkinson
3.
Mendiagnosa Lesi desak
ruang lain
4.
Mendiagnosa
Cedera kepala
5.
Periode
keadaan pingsan atau dementia.
6.
Narcolepsy.
7.
Memonitor
aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum selama perawatan.
8. Mengetahui kelainan
metabolik dan elektrolit
3.
Kontraindikasi
1. Kejang
2. Tumor
otak
3. Cedera
kepala
4. pendarahan
intrakranial
5. abses
otak
6. ensefalitis
7. mati
batang otak
4.
Persiapan
alat
1. Mesin
eeg
2. Pasta
ten 20
3. Bantal
bayi
4. Abrasive
gel
5. Cotton
bud
5.
Persiapan
klien
1. Pasien tidak dalam keadaan Batuk,
Pilek atau Demam.
2. Berhenti meminum obat tertentu (
Obat Penenang).
3. Hindari makanan yang mengandung
Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat) sedikitnya 8 jam se belum test.
4. Hindari Puasa malam sebelum
prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah
dapat mempengaruhi hasil EEG.
5. Rambut Harus Bersih, bebas dari
minyak rambut. hair spray, gel, conditioner atau cairan yang mengandung obat
kulit (atau sebaiknya keramas terlebih dahulu).
6. Tidur malam yang cukup.
7. Tidak perlu persiapan puasa
8. Jelaskan
prosedur tindakan pada klien
9. Inform
concent
6.
Prosedur
1. Preinteraksi
1. Jelaskan
tujuan pemeriksaan pada klien
2. Interaksi
1. Tutup sampira
2. Cuci tangan
3. Memakai hanscone
4. Pastikan
pasien sudah keramas sebelum pemeriksaan EEG
5. Sebelum
pemeriksaan jangan menggunakan minyak rambut,dan make up
6. Untuk
pemasangan elektroda yang benar,ukur kepala dengan tekhnik 10-20 sistem
7. Setelah
diukur berikan tanda dengan pensil khusus EEG disetiap titik pelekatan
elektroda
8. Bersihkan
tiap titik pelekatan elektroda dengan abrasive gel,
9. Letakan
abrasive gel ke cutton bud kemudian gosok perlahan-lahan di titik yang akan
diletakan elektrodanya.
10. Elektroda
pertama yang dipasang sebaiknya elektroda Ref (diletakan di antara CZ dan
FCZ),dan Ground(diletakan di FPZ)
11. Rekatkan
elektroda ke kepala dengan pasta ten 20.
12. Perhatikan
setelah pemasangan elektroda akan muncul nilai ipedansi di layar monitor
13. Bila
angka dibawah 5 kohm(mesin EEG berwarna hijau dan berwarna merah jika lebih
dari 5),berarti pemasangan sudah baik.
14. Pada saat perekaman,
biasanya pasien dalam kondisi terentang, ganjal kepala pasien dengan bantal,
pergunakan bantal yang nyaman tapi tidak mengganggu elektroda yang terpasang.
Penulis menyarankan gunakan bantal guling kecil (bantal bayi).
15. Tanyakan ke
pasien apakah posisi kepalanya sudah nyaman dan tidak tegang. Beritahukan juga
ke pasien agak tidak terlalu sering berkedip dan bergerak.Renggangkan rahang
pasien, maksudnya antara gigi atas dan gigi bawah jangan menempel. Semua ini
dimaksudkan agar mengurangi artefact yang timbul dari pasien sendiri.
16. Setelah
semua prosedur diatas dilakukan, lihatlah ke monitor, apakah gelombang EEG
sudah baik (tidak banyak artefact), Bila sudah lakukanlah perekaman.
17. Dalam awal
perekaman perintahkanlah ke pasien agar membuka dan menutup mata, lakukanlah
beberapa kali. Jangan lupa memberikan marker pada saat melakukan setiap
perintah yang kita minta. Biasanya pada mesin EEG sudah terdapat tamplate
marker seperti Eye Open, Eye Close dll. Operator tinggal mengklik saja.
18. Aktivitas
pasien harus selalu dipantau, misalkan saat pasien bergerak atau batuk,
berikanlah marker. Ini memudahkan dokter dalam membaca hasil rekaman. Saat ini
teknologi EEG sudah berkembang, selain menggunakan marker untuk menandai setiap
aktivitas pasien ada juga EEG dengan fasilitas Video recording, jadi saat hasil
EEG dibaca, dokter pembaca dapat melihat langsung aktivitas pasien selama
perekaman bersamaan dengan gelombang EEG.
19. Untuk jenis
mesin EEG lama, operator harus merubah montage tiap beberapa menit, Biasanya 2
sampai 3 menit perekaman operator harus merubah montage , dari montage I sampai
VIII
20. Di mesin EEG
terbaru operator sudah tidak perlu lagi merubah montage, dikarenakan pada saat
merekam semua montage sudah direkam oleh mesin EEG. Penulis menyarankan pada
saat rekaman gunakanlah montage Referential, contoh : FP1-Ref, FP2-Ref, F4-Ref
dst. Kenapa penulis menyarankan menggunakan montage Referential? Karena dengan
montage referential pada saat ada elektroda yang lepas atau bed connect dapat
langsung terlihat posisi elektroda mana yang bermasalah, jadi operator dengan
mudah dan cepat untuk memperbaikinya.
3.
Terminasi
1.
Cuci tangan
2.
Dokumentasi
7.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan
1. Prosedur ini sangat aman. Namun, lampu
berkedip atau bernafas cepat (hiperventilasi) yang diperlukan selama pengujian
dapat memicu kejang pada mereka dengan gangguan kejang.
8.
Diagnosa
yang mungkin muncul
1. Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur EEG ditandai dengan
klien nampak memikirkan kondisi fisiknya saat dilakukan pemeriksaan
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner,suddart.1966.keperawatan
medikal bedah.Jakarta:EGC
http://www.google.com
Smeltzer,suzanne C,dan Brenda G.
Bare.2001.keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta:EGC
sangat berguna untuk menambah ilmu. thanks bund :)
BalasHapus