Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Senin, 21 Mei 2012

� PEMERIKSAAN RADIOLOGI :: LUMBAL PUNKSI, CT SCAN, MRI, dan EEG



BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latarbelakang
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan   untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.
Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang  dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1.    Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2.    Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample
3.    Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan           
 Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas,pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasi lpemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1.    Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2.    Persiapan penderita.
3.    Persiapan alat yang akan dipakai.
4.     Cara pengambilan sample.
5.    Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

2. Tujuan
2.1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui berbagai macam pemeriksaan dan cara menpermudah para mahasiswa melakukan berbagai pemeriksaan.
2.2.  Tujuan Khusus
                                                      1.  Agar para mahasiswa dapat memehami definisi pemeriksaan
                                                      2.  Agar para mahasiswa dapat memehami indikasi atau tujuan pemeriksaan
                                                      3.  Agar para mahasiswa dapat memehami kontra indikasi pemeriksaan
                                                      4.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan pasien pemeriksaan
                                                      5.  Agar para mahasiswa dapat memehami prosedur tindakan pemeriksaan
                                                      6.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan alat  pemeriksaan
                                                      7.  Agar para mahasiswa dapat memehamihal – hal yang perlu diperhatikan pada berbagai pemeriksaan









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pemeriksaan Lumbal Funksi
1.      Pengertian
Lumbar puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)
2.      Indikasi
1.      Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan pasien yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.
2.      Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya perdarahan subarachnoid.
3.      Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
4.      Untukmengidentifikasiadanyatekananintrakarnial/intraspinl
intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotik atau obat sitotoksik.
3.      Kontraindikasi
1.      Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan meningitis.
2.      Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi serebral
3.      Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.
4.      Persiapan alat
1.      Troleey
2.      Kassa steril
3.      Kapas steril
4.      Sarung tangan steril
5.      Baju steril
6.      Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.
7.      Manometer spinal
8.      Masker dan pelindung mata
9.      Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
10.    Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
11.    Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
12.    Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia).
13.    Plester
14.    Depper
15.    Jam yang ada penunjuk detiknya
16.    Tempat sampah.
5.      Persiapan pasien
1.      Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2.      Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.
6.      Prosedur
1.      Preinteraksi
1)      Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien
2)      Kesiapan perawat melakukan tindakan
3)      Jelaskan tujuan tindakan
4)      Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
5)      Cuci tangan.
2.      Interaksi
1)      Paparkan daerah lumbal.
2)      Pasien diposisikan di ujung saping tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan bokong menghadap ke dokter,paha dan tungkai difleksikan semaksimal mungkin meningkatkan rongga antara prosesus spina vertebra, untuk  mempercepat masuknya jarum ke ruang subarakhnoid.
3)      bantal kecil ditempatkan di bawah kepala pasien untuk mempertahankan spina dalamposisi lurus; mungkin juga bantal kecil ditempatkan diantara tungkai untuk mencegah tungkai atas berputar ke depan.
4)      Perawat membantu pasien mempertahankan kepala pasien untuk menghindari pergerakan yang tiba-tiba, karena akan menyebabkan trauma.
5)      Pasien dianjurkan untuk relaks dan diinstruksikan bernafas secara normal,karenahiperventilasi akan menurunkan meningginya tekanan.
6)      Perawat menggambarkan prosedur step demi step kepada pasien selama proses berlangsung.
7)      Dokter membersihkan tempat penusukan dengan larutan antiseptic.
8)      Anestesi local disuntikan ke tempat tempat penusukan dan jarum spinal dimasukan keruang subarakhnoid melalui interspace lumbal ketiga dan keempat atau kelima.
9)      Spesimen CSF dikeluarkan dan biasanya ditampung dalam tiga ples, diberi label. Jarum dicabut.
10)   Kassa ditempelkanpada tempat penusukan.
11)   Ples-ples CSF dikirim ke laboratorium dengan segera.
3.      Terminasi
1)      Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.
2)      Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter bila terjadi komplikasi.
3)      Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache post-prosedur.(Brunner and Suddarth’h. 1999 p 1631)
4)      Rapikan alat-alat
5)      Cuci tangan
6)      dokumentasi
7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Posisi yang tepat merupakan fungsi menuju sukses
2.      Tindakan dapat dilakukan dengan pasien duduk dan membungkuk ke depan di atas bantal yang di tempatkan di atas sandaran di samping tempat tidur
3.      Jika berhasil pada tindakan pertama maka jarum di tarik kembali dari kulit dan di coba lagi pada sudut yang sedikit berbeda
4.      Jika pasien sebelimnya pernah mengalami pembedahan spinal atau pernah mengalami suatu proses infeksi pada radio lumbal,maka diperlukan suatu konsultasi bedah syaraf untuk memperoleh cairan dari kanalis spinalis servikal
5.      Jika terdapat dugaan kuat adanya meningitis bakterialis maka antibiotik dapat diberikan sebelum pungsi lumbal


8.      Diagnosa yang mungkin muncul
1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan pasien sering bertanya-tanya tentang prosedur yang dilakukan
2.      Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada luka bekas lumbal pungsi ditandai dengan klien mengatakan dia sakit dan wajah klien tampak pucat.
3.      Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan luka pada bekas penusukan lumbal pungsi ditandai dengan klien nampak lemas,konjungtiva pucat dan klien sering terbangun pada malam hari.

B.     Pemerisaan CT SCAN
1.      Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak
2.      Indikasi
1)        Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
2)        Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
3)        Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
4)        Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
5)        Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
6)        Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
7)        Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
3.      Kontraindikasi
1.      Pasien dengan berat badan kurang dari145 kg.
2.      Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit.
3.      Pasien dengan alergi iodine
4.      Persiapan alat
Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)      Peralatan sterill meliputi:
1.      Alat-alat suntik
2.      Spuit.
3.      Kassa dan kapas 
4.      Alkohol
b)      Peralatan non-steril meliputi:
1.      Pesawat CT-Scan
2.      Media kontras 
3.      Tabung oksigen
 Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).
1.   Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
2.   Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
3.   Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.
5.      Persiapan pasien
a.         CT scan otak :
1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)        Inform concent
3)        Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras.
4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )
Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec
b.        CT scan thorax :
1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)        Inform concent
3)        Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga
4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).
c.         CT Scan abdomen
1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2)         inform consent
3)        Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien
4)        Pasien meminum kontras :
·      Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.
·      Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.
·      Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke tiga sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak 500 cc.
6.      Prosedur
1.      Preinteraksi
1.      Lihat catatan keperawatan dan catatan medis
2.      Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien
2.      Interaksi
1.      Cuci tangan
2.      Memakai handscone
3.      Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
4.      Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
5.      Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
6.      Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
7.      Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
8.      Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
9.      Cuci tangan
3.      Terminasi
1.      Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.
2.      Evaluasi
3.      Dokumentasi
7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
2.      Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
3.      Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter
8.      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien tampak pucat,tekanan darah meningkat dan klien sering menanyakan dampak dari prosedur pemeriksaan.
2.      Kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan berhubungan dengan kurangnya mendapat penyuluhan tentang prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien terlihat bingung dan sering bertanya-tanya tentang pemeriksaan.

C.    Pemeriksaan MRI
1.      Pengertian
1.         Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh
2.         Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara, dkk,2010).
3.        Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen (Eko Bastiansyah 2008)
2.      Tujuan
1.      MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang membedakan tumor otak dan abses otak
2.      Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah
3.      Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema) secara tiba-tiba.
3.      Indikasi
1.   Neoplasma
2.   Infection
3.   Infarction
4.   Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb.
5.   Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.
6.   Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic Resonance Angiografi) carotis, dsb.
4.      Kontraindikasi
1.        Relatif :
a.       Anemia hemolitika
b.      Riwayat alergi dengan bahan yodida
2.        Mutlak :
a.       Kehamilan dan menyusui
b.      Gagal ginjal
3.        Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),
4.         Pasien dengan alat bantu dengar
5.         pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian tubuhnya, antara lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya
6.        Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan dengan alas an trakut melukaipasien.

5.      Persiapan alat
1.      Meja MRI
2.      Bel
6.      Persiapan klien
1.      Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi.
2.      Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai.
3.      Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia
4.      Memberikan inform cocent
5.      Berikan medikasi sebelum tes
6.      Kaji kemungkinan reaksi iodin
7.      Prosedur
1.      Preinteraksi
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien
2.      Interaksi
1.    Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2.    Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat
3.    Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara ketukan selama jalannya pemeriksan
4.    Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan dapat langsung berkomunikasi dengan petugas MRI
5.    Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI,atau mengalami kondisi yang kurang nyaman
6.    Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit
7.    Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal seperti biasa
8.    Cuci tangan
3.      Terminasi
1.Evaluasi
2.Dokumentasi
8.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.        Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda(trisemester 1)
2.        Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan
9.      Diagnosa yang mungkin muncul
1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien meningkat.
2.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah ditandai dengan klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.

D.    Pemeriksaan EEG
1.      Pengertian
1.      Elektro Ensefalografi adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan alat elektromedik yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otak, melalui tengkorak yang utuh.juga  merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan mereka gelombanggelombang otak.
2.      EEG adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan gelombanggelombang di otak secara fungsional(Jan Nissl, 2006)
2.      Indikasi
EEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)
1.       Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi
2.       Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,parkinson
3.      Mendiagnosa Lesi desak ruang lain
4.       Mendiagnosa Cedera kepala
5.       Periode keadaan pingsan atau dementia.
6.       Narcolepsy.
7.       Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum selama perawatan.
8.       Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit
3.      Kontraindikasi
1.   Kejang
2.   Tumor otak
3.   Cedera kepala
4.   pendarahan intrakranial
5.   abses otak
6.   ensefalitis
7.   mati batang otak
4.      Persiapan alat
1.      Mesin eeg
2.      Pasta ten 20
3.      Bantal bayi
4.      Abrasive gel
5.      Cotton bud

5.      Persiapan klien
1.      Pasien tidak dalam keadaan Batuk, Pilek atau Demam.
2.      Berhenti meminum obat tertentu ( Obat Penenang).
3.      Hindari makanan yang mengandung Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat) sedikitnya 8 jam se belum test.
4.      Hindari Puasa malam sebelum prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.
5.      Rambut Harus Bersih, bebas dari minyak rambut. hair spray, gel, conditioner atau cairan yang mengandung obat kulit (atau sebaiknya keramas terlebih dahulu).
6.      Tidur malam yang cukup.
7.      Tidak perlu persiapan puasa
8.      Jelaskan prosedur tindakan pada klien
9.      Inform concent
6.      Prosedur
1.      Preinteraksi
1.    Jelaskan tujuan pemeriksaan pada klien
2.      Interaksi
1.      Tutup sampira
2.      Cuci tangan
3.      Memakai hanscone
4.      Pastikan pasien sudah keramas sebelum pemeriksaan EEG
5.      Sebelum pemeriksaan jangan menggunakan minyak rambut,dan make up
6.      Untuk pemasangan elektroda yang benar,ukur kepala dengan tekhnik 10-20 sistem
7.      Setelah diukur berikan tanda dengan pensil khusus EEG disetiap titik pelekatan elektroda
8.      Bersihkan tiap titik pelekatan elektroda dengan abrasive gel,
9.      Letakan abrasive gel ke cutton bud kemudian gosok perlahan-lahan di titik yang akan diletakan elektrodanya.
10.  Elektroda pertama yang dipasang sebaiknya elektroda Ref (diletakan di antara CZ dan FCZ),dan Ground(diletakan di FPZ)
11.  Rekatkan elektroda ke kepala dengan pasta ten 20.
12.  Perhatikan setelah pemasangan elektroda akan muncul nilai ipedansi di layar monitor
13.  Bila angka dibawah 5 kohm(mesin EEG berwarna hijau dan berwarna merah jika lebih dari 5),berarti pemasangan sudah baik.
14.  Pada saat perekaman, biasanya pasien dalam kondisi terentang, ganjal kepala pasien dengan bantal, pergunakan bantal yang nyaman tapi tidak mengganggu elektroda yang terpasang. Penulis menyarankan gunakan bantal guling kecil (bantal bayi).
15.  Tanyakan ke pasien apakah posisi kepalanya sudah nyaman dan tidak tegang. Beritahukan juga ke pasien agak tidak terlalu sering berkedip dan bergerak.Renggangkan rahang pasien, maksudnya antara gigi atas dan gigi bawah jangan menempel. Semua ini dimaksudkan agar mengurangi artefact yang timbul dari pasien sendiri.
16.  Setelah semua prosedur diatas dilakukan, lihatlah ke monitor, apakah gelombang EEG sudah baik (tidak banyak artefact), Bila sudah lakukanlah perekaman.
17.  Dalam awal perekaman perintahkanlah ke pasien agar membuka dan menutup mata, lakukanlah beberapa kali. Jangan lupa memberikan marker pada saat melakukan setiap perintah yang kita minta. Biasanya pada mesin EEG sudah terdapat tamplate marker seperti Eye Open, Eye Close dll. Operator tinggal mengklik saja.
18.  Aktivitas pasien harus selalu dipantau, misalkan saat pasien bergerak atau batuk, berikanlah marker. Ini memudahkan dokter dalam membaca hasil rekaman. Saat ini teknologi EEG sudah berkembang, selain menggunakan marker untuk menandai setiap aktivitas pasien ada juga EEG dengan fasilitas Video recording, jadi saat hasil EEG dibaca, dokter pembaca dapat melihat langsung aktivitas pasien selama perekaman bersamaan dengan gelombang EEG.
19.  Untuk jenis mesin EEG lama, operator harus merubah montage tiap beberapa menit, Biasanya 2 sampai 3 menit perekaman operator harus merubah montage , dari montage I sampai VIII
20.  Di mesin EEG terbaru operator sudah tidak perlu lagi merubah montage, dikarenakan pada saat merekam semua montage sudah direkam oleh mesin EEG. Penulis menyarankan pada saat rekaman gunakanlah montage Referential, contoh : FP1-Ref, FP2-Ref, F4-Ref dst. Kenapa penulis menyarankan menggunakan montage Referential? Karena dengan montage referential pada saat ada elektroda yang lepas atau bed connect dapat langsung terlihat posisi elektroda mana yang bermasalah, jadi operator dengan mudah dan cepat untuk memperbaikinya.
3.      Terminasi
1.      Cuci tangan
2.      Dokumentasi
7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Prosedur ini sangat aman. Namun, lampu berkedip atau bernafas cepat (hiperventilasi) yang diperlukan selama pengujian dapat memicu kejang pada mereka dengan gangguan kejang.

8.      Diagnosa yang mungkin muncul
1.      Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur EEG ditandai dengan klien nampak memikirkan kondisi fisiknya saat dilakukan pemeriksaan




















DAFTAR PUSTAKA
Brunner,suddart.1966.keperawatan medikal bedah.Jakarta:EGC
http://www.google.com 
Smeltzer,suzanne C,dan Brenda G. Bare.2001.keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta:EGC






1 komentar: �