askep
goiter
BAB I
PEDAHULUAN
- Latar Belakang
Istilah
Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan
goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang
ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut
mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter
adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure
yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung
yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai
berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine
dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan
kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik.
Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai
tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak
disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid,
peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini
dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit
defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan,
namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.
- Rumusan Masalah
Ada
beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas yakni:
1.
Bagaimana
konsep medis penyakit goiter?
2.
Bagaimana
asuhan keperawatan penyakit goiter?
- Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu:
1.
Untuk
mengetahui konsep medis dari penyakit goiter, dan
2.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan penyakit goiter.
BAB II
KONSEP MEDIS
- Definisi
Goiter
adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu
pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar
dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran
kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di
bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma
dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak
terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila
pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia Pembesaran ini
dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid
(hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan)
dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal.
- Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher
manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Hormon yang terpenting
ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3).
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan
satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang
dinamakan isthmus atau ismus). Setiap lobus berbentuk seperti buah pir.
Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal
fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di
sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid.
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat
menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini
akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin)
dan T4 (tiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3
15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2. T3 dan T4 membantu
sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3
bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3
oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga
berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid
releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon).
Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)-
kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang
kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang
tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur
di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel
yang dibatasi oleh epitelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel-selnya
mengeluarkan sera. Adapun fungsi kelenjar tiroid adalah:
1.
Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
2.
Mengatur pengguanaan oksidasi
3.
Mengatur pengeluaran karbondioksida
4.
Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan
5.
Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
- Etiologi
Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah
akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH,
dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme
1.
Penyakit
Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoanti .bodi
yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT
disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal,
Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat
kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah tiroiditisHashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid
seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat
rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
2.
Penyebab
kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3.
Gondok
endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok
adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha
untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
4.
Kekurangan
yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di
negara terbelakang.
5.
Karsinoma
tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi
untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi,
pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan
jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan
ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi
iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal
tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
- Klasifikasi Goiter
Secara
klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut
:
a.
Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas
dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa
lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik
akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu
atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik
(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi
oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah
penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis
yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan
penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama
berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi
darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat
dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit
berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b.
Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan
struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa
non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.
Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid
yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung
yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila
dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini
disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme
dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah
mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat
dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak
napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di
dalam nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat
ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam
keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik
sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.
Lebih dari 95% penderita
hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.Apabila disfungsi tiroid disebabkan
oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika
sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis di sebut hipotiroidisme tersier.
a.
Primer
- Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase
penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
- Non-goiter : destruksi pembedahan,
kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis,
amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus (penurunan TRH, TSH yang berubah-ubah, penurunan T4
bebas) atau kegagalan pituitari (penurunan TSH,penurunan T4 bebas)
- Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium
dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat
hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan
defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon
tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut
thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang
tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar
Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone
(TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar
hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin
releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada
reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine
dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH.
Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan
fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid
oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic
gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil
sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat,
suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan
produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan
hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid.
Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab
kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid,
defisiensi yodium, dan goitrogens. Gondok dapat juga terjadi hasil dari
sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor
TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis
hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin. Pemasukan
iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH,
glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid),
gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat
menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar – kadar hormone
tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid
sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar
tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di
bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter
dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap
gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada
pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran
keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak,
jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah
estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman
dan konsep diri klien.
- Manifestasi klinis
Gejala utama :
1. Pembengkakan,
mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian
depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
2. Perasaan
sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan
bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
4. Kesulitan
menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara
serak.
6. Distensi
vena leher.
7. Pusing
ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8. Kelainan
fisik (asimetris leher)
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
1.
Tingkat peningkatan denyut nadi
2.
Detak jantung cepat
3.
Diare, mual, muntah
4.
Berkeringat tanpa latihan
5.
Goncangan
6.
Agitasi
- Penatalaksanaan
Perawatan akan tergantung pada penyebab gondok.
1. Defisiensi
Yodium
Gondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan maka akan
diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini akan menyebabkan penurunan
ukuran gondok, tapi sering gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto
Tiroiditis
Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka
akan diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari. Perawatan ini
akan mengembalikan tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya tidak membuat
gondok benar-benar hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang
ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang memungkinkan untuk mendapatkan
gondok yang jauh lebih kecil. Namun, pengobatan hormon tiroid biasanya akan
mencegah bertambah besar.
3. Hipertiroidisme
Jika gondok karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada
penyebab hipertiroidisme. Untuk beberapa penyebab hipertiroidisme, perawatan
dapat menyebabkan hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves dengan
yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat
antitiroid
Indikasi :
Ø Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis.
Ø Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan,
atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.
Ø Persiapan tiroidektomi
Ø Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
Ø Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan :
Karbimazol
|
30-60
|
5-20
|
Metimazol
|
30-60
|
5-20
|
Propiltourasil
|
300-600
|
5-200
|
2. Pengobatan
dengan yodium radioaktif
Indikasi :
Ø Pasien umur 35 tahun atau lebih
Ø Hipertiroidisme yang kambuh
Ø Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
Ø Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi :
Ø Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons
terhadap obat antitiroid.
Ø Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar
Ø Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif
Ø Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
Ø Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Ø Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat
normal hormon tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan
perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang tepat.
- Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :
Ø Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola
perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
Ø Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan
laut.
Ø Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari
hilangnya yodium dari makanan.
Ø Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi.
Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan
dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir,
dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
Ø Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di
daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria
berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui
yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya
bervariasi sesuai umur dan kelamin.
Ø Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3
tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan
untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan diagnosis status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
Dampak penurunan
kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah
pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin
informasi antara lain:
- Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
- Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a)
Pola
makan
b)
Pola
tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c)
Pola
aktivitas.
- Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
- Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Keluhan klien :
Ø Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.
Ø Sulit menelan
Ø Leher bartambah besar
Ø Suara serak / parau
Ø Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris.
- Pemeriksaart fisik mencakup
a)
Penampilan
secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan
dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar,
tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b)
Nadi
lambat dan suhu tubuh menurun.
c)
Perbesaran
jantung
d)
Disritmia
dan hipotensi
e)
Parastesia
dan reflek tendon menurun
- Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
- Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
8.
Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis
diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan
dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti
:
Ø Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya,
dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal
dan cuping hidung.
Ø Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis.
Ø Suhu kulit khususnya daerah akral.
Ø KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak
berdaya
Ø Berat badan dan tinggi badan.
Ø Kadar Hb
Ø Kelembaban kulit dan teksturnya
Ø Porsi makan yang dihabiskan
Ø Turgor
Ø Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi
Ø Kondisi mukosa mulut
Ø Kualitas suara
Ø Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya
berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.
Ø Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang
pribadi.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat diagnosa dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah (Carpenito, 2000).
Tujuan
diagnosa keperawatan adalah mendiagnosa adanya masalah aktual yang berdasarkan
kepada respon klien terhadap masalah atau penyakit, sehingga faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab yang menyebabkan adanya masalah, dari diagnosa
inilah kita mampu untuk mencegah/ menghilangkan masalah yang terdapat pada
klien.
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
- Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
- Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara
C.
Rencana
intervensi
Ø Diagnosa
keperawatan 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan:
Perbaikan status respiratorius dan
pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi:
a)
Memantau
frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah
arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil
pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi.
b)
Mendorong
pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan
meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c)
Memberikan
obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat
rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan
hipnotik-sedatif.
d)
Memelihara
saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasijika
diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas art
Ø Diagnos
keperawatan 2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan
proses kognitif.
Tujuan :
Meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas dan kemandirian Intervensi
Intervensi:
a.
Mengatur
interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil
memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b.
Membantu
aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada
pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c.
Memberikan
stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa
terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d.
Memantautau
respons pasien terhadap peningkatan aktititas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak
melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang
Ø
Diagnosa
keperawatan 3. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kompresi/penekanan
esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).
Tujuan :
Nutrisi klien
dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu
Intervensi:
a.
Memberi makan lunak atau cair sesuai kondisi klien.
Rasional: makanan lunak dapat
mengurangi kontraksi esophafgus dalam mendorong makanan kelambung, sehingga
meningkatkan asupannutrisi.
b.
Memantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan
setiap hari serta laporkan adanya penurunan.
Rasional: memberikan informasi tentang
keefektifan program terapi yang telah dilakukan.
c.
Memberi makanan tambahan diantara jam makan.
Rasional: meningkatkan frekuensi asupan
nutrisi untuk menyediaka nenergi yang cukup bagi pasien.
d.
Menciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam
makan.
Rasional: linkungan yang menyenangkan
dapat menciptakan suasana kenyamanan saat makandan meningkatkan asupan nutrisi.
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk memeberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan
vitamin
Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan
zat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasi makanan pengganti yang paling
sesuai.
Meningkatkanaktivitasmetabolikdanmenurunkansimpananglikogen.
Ø Diagnosa
Keperawatan 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan :
Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi:
- Mendorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Meminimalkan kehilangan
panas
- Memberikan makanan yang kaya akan serat
Rasional : Meningkatkan massa feses dan
frekuensi buang air besar
- Mengajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk peningkatan asupan
cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
- Memantau fungsi usus
Rasional : Memungkinkan deteksi
konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
- Mendorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
Kolaborasi : untuk pemberian obat
pecahar dan enema bila diperlukan.
Ø Diagnose
Keperawatan 5. Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
penekanan pita suara
Tujuan :
Klien mampu
menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi:
a.
Menkaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak
bicara terus menerus.
Rasional: suara serak danparau akibat
edema jaringan ataupembesaran kelenjartiroid (goiter) dapat menyebabkan
terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea.
b.
Mempertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan
yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Rasional: menurunkan kebutuhan
berespon, mengurangi bicara.
c.
Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai,
seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.
Rasional: memfasilitasi ekspresi yang
dibutuhkan.
d.
Mengantisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi klien
secara teratur.
Rasional: menurunkan ansietas dan
kebutuhan pasien untuk berkomunikasi.
e.
Beritahu klien untuk terus membatasi bicara dan jawablah
bel panggilan dengan segera.
Rasional: mencegah pasien bicara yang
dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui atau memerlukan bantuan pertahankan lingkungan yang tenang.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah
suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat
kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan
kelenjar dan morfologinya. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus serta kekurangan
yodium.
B.
Saran
Membaca merupakan kunci dari sumber
ilmu pengetahuan, jadi membaca literatur lain sangat diperlukan guna penyempurnaan
pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner,
Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton,
Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar