Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Selasa, 04 Januari 2011

� AIDS


AIDS

A.     Definisi
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul secara terus menerus. Penyebabnya adalah virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh berbagai penyakit. AIDS tidak sama dengan infeksi HIV dan tidak semua orang dengan infeksi HIV mengalami AIDS.

B.     Etiologi
Penyebab: virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Sifat virus:
-    Subfamili retrovirus (dimana virus tersebut membawa materi genetiknya dalam RNA, bukan DNA).
-    HIV ini hanya akan hidup pada makhluk hidup, sedangkan jika di luar makhluk hidup akan dormant.
-    Virus ini merusak sel T helper, dimana sel T helper tersebut merupakan titik pusat pertahanan tubuh (fungsi sel T mengenali antigen, mengaktifkan limfosit B, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi limfokin & mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit) sehingga infeksi HIV menyebabkan daya tahan tubuh menjadi rusak. Virus ini juga merusak sel tubuh lainnya, antara lain: sel otak, sel usus, dan sel paru.
-    Memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerusakan hematopoitik, sistem saraf, supresi imunitas, menyebabkan viremia terus menerus (infeksi seumur hidup).
-    Masa inkubasi antara 6 sampai lebih dari 10 tahun. Rata-rata masa inkubasi adalah 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.
-    Sel CD4 (limfosit T4) memiliki reseptor terhadap HIV sehingga sangat mudah terinfeksi kemudian menyebar melalui jaringan limfoid. (sel CD4 normal: 600 – 1200)
-    Sejarah atau awal mula penyebaran HIV:
Ÿ  Pertama kali ditemukan Lymphadenopathy-assosiated virus (LAV) tahun 1983
Ÿ  Human T-cell lymphatropic virus type III (HTLV-III) tahun 1984
Ÿ  Pada tahun 1986 : Human Immunodeficiency Virus (HIV-1 dan HIV-2)
Ÿ  HIV-1 tersebar diseluruh dunia, terbanyak dieropa dan amerika
Ÿ  HIV-2 ditemukan tersebar dinegara afrika barat
-    Etiologi dapat dikategorikan menurut gejala yang timbul:
1. Demam
Disebabkan karena infeksi HIV kronik, infeksi oportunitis sekunder, keganasan, gangguan autoimun, diare, dehidrasi, respon alergi dari obat-obatan (drug fever), infeksi Iv line, kateter, drain, dan pembedahan
2. Fatique
Disebabkan karena infeksi HIV kronik, infeksi oportunitis sekunder, keganasan, anemia, malnutrisi, diare, immobilisasi dini, factor psikologi dan factor situasional
3. Penurunan BB
a.      Meningkatnya kebutuhan nutrisi disebabkan karena infeksi sistemik sekunder atau infeksi oportunistik sistemik sekunder, penyebabnya: hipermetabolisme, demam dan katabolisme
b.      Menurunnya intake makanan karena efek samping dari pengobatan atau infeksi sistemik, penyebabnya ; anoreksia, mual, muntah, kehilangan rasa
c.      Infeksi mulut dan esophagus, penyebabnya: gangguan mengunyah dan kesulitan menelan
d.      Menurunnya penyerapan makanan karena infeksi usus dengan HIV atau infeksi gastrointestinal oportunistik, penyebabnya: malabsorbsi dan diare
e.      Ketidakmampuan memperoleh makanan karena kelemahan, kurangnya uang, menurunnya kemampuan menyiapkan makanan
f.       Kurangnya pengetahuan pentingnya nutrisi pada infeksi HIV
g.      Masalah neuropsikiatrik seperti: depresi, gangguan kognitif, paralysis
4. Infeksi opportunistik
a.      Infeksi protozoa : Pneumocystis carinii pneumonia, toxoplasmosis, cryptosporidiosis, isosporiasis, microsporidiosis, strongyloidiasis, giardiasis.
b.      Infeksi jamur : Kandidiasis, cryptococcosis, histoplasmosiscoccidioidomycosis
c.      Infeksi bakteri : Mycobacterium avium, tuberculosis, nocardiosis
d.      Infeksi virus : Infeksi cytomegalovirus, infeksi virus herpes simplek, Varisella-infeksi virus zoster
5. Keganasan
a.      Kaposi’s sarcoma
b.      Non-hodgkin’s lymphoma
c.      Hodgkin’s lymphoma
d.      Invasive cervical carsinoma
C.     Faktor Risiko
HIV dapat menular hanya jika terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh/ darah orang yang terinfeksi HIV. Jumlah virus paling banyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina dan servik dan CSF. Sebagian besar penularan HIV adalah melalui paparan seksual. Secara umum: kondom hanya melindungi penularan HIV sampai 69%.
Cara penularan HIV:
-    Hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV/ berganti-ganti pasangan (hetero/ homoseksual) à (air mani dan cairan serviks / vagina)
-    Kontak langsung dengan darah/ produk darah/ melalui jarum suntik
-    Obat-obatan yang diberikan secara parenteral dan penerimaan darah dan produk darah (kontaminasi melalui darah dengan menggunakan jarum suntik bergantian dengan penderita HIV positif, atau pengguna narkoba suntukan yang HIV positif)
-    Penerimaan organ, jaringan atau air mani dari penderita HIV positif
-    Penularan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya.
Respon tubuh terhadap infeksi HIV:
-    Respon seluler à yang berperan adalah CD4 dan CD8
-    Respon humoral à kurang efektif untuk mengatasi HIV à sulit untuk membuat vaksin HIV

D.     Manifestasi Klinis
Gejala penderita AIDS diawali dari infeksi primer, asimtomatik dan gejala AIDS, yaitu gejala yang menunjukan bahwa orang tersebut terinfeksi HIV. Gejala ini timbul setelah beberapa hari terinfeksi dan berlangsung selama 2 -6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah terinfeksi. Gejala ini dapat ringan sampai berat dan sekitar 42 % penderita memerlukan perawatan di rumah sakit. Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit 2 tanda mayor dan 1 tanda minor serta tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat atau pemakai kortikosteroid untuk waktu yang lama (IPD, 1996).
Tanda mayor:
-          Penurunan BB lebih dari 10%
-          Diare kronik lebih dari 1 tahun
-          Demam lebih dari 1 bulan (kontinyu/ intermiten)
Tanda minor:
-          Batuk lebih dari 1 bulan
-          Dermatitis pruritik umum
-          Herpes zoster recurrens
-          Kandidiasis orofaring
Pemeriksaan antibodi terhadap HIV dapat menunjukan hasil negatif dalam waktu beberapa minggu dan bulan (window period) ---- walaupun orang tersebut berisiko menularkan HIV.
Seorang dengan HIV (+) berarti memiliki antibodi dalam tubuhnya à serokonversi (tidak ditemukan antibodi karena tubuh sudah tidak mampu memproduksinya lagi).
HIV merusak sistem kekebalan sehingga menyebabkan seorang yang terinfeksi HIV mengalami infeksi oportunistik
Efek dari infeksi HIV dimonitor melalui:
- Pemeriksaan CD4 (normal CD4 600 – 1200 sel/mm3)
- Infeksi HIV akut/ infeksi HIV primer
Ÿ 70% pasien yang mengalami infeksi HIV akut mengalami gejala yang dikenal sebagai sindroma akut retroviral sindrom (ARS). Sebagian lagi pasien yang terinfeksi HIV dapat tidak merasakan gejala akut ini.
Ÿ  Fase ini terjadi saat jumlah CD4 turun dibawah 500 sel/mm3
Manifestasi klinik ARS:


Ÿ Demam
Ÿ Limpadenopati
Ÿ Fatique


Ÿ Lekopenia
Ÿ Faringitis
Ÿ Sakit kepala


Ÿ Rash
Ÿ Diare
Ÿ Ulser pada mulut
Ÿ Gejala neurologis
Ÿ Ulser genitalia
Ÿ Myalgia
Ÿ Arthalgia
Ÿ Berkeringat malam
Ÿ Mual/muntah
Ÿ Lesi pada kulit
Ÿ Hepatoslenomegali
Ÿ Kehilangan BB < 10%
Ÿ Sesak nafas



Fase ini berlangsung selama 14 hari atau beberapa minggu lagi atau beberapa bulan.

E.     Patofisiologi
Bentuk bagan pada lampiran 1

F.      Komplikasi
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang mungkin terjadi mencakup:
Ø  Infeksi oportunis
Ø  Kerusakan pernafasan atau kegagalan respirasi
Ø  Sindrom pelisutan dan gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit
Ø  Reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan
Ø  Serta berbagai gangguan pada setiap sistem yang terjadi akibat menurunnya imunitas

Management Kolaboratif, Fokus pada :
a.       Monitoring perkembangan penyakit HIV dan fungsi imun
b.      Mengkaji dan monitoring terapi ARV (Anti Retro Virus)
c.       Mencegah dari penyakit oportunistik
d.      Mengatasi berbagai gejala
e.       Mencegah komplikasi dari pengobatan

G.    Pemeriksaan Diagnostik
Tes Antibodi HIV
1.      Tes ELISA (darah, urin, saliva, semen, cairan vagina, cairan cerebrispinal): mengidentifikasi antibodi yang secara spesifik untuk virus HIV. Selama priode jendela hasil pemeriksaan ini negatif. 
Orang yang darahnya mengandung antibodi untuk HIV disebut sebagai seropositif
2.      Western Blot Assay : mengenali antibodi HIV dan untuk memastikan seropositivitas yang telah teridentifikasi lewat tes ELISA
3.      IFA (Indirect Immunofluorescence Assay) : digunakan sebagai pengganti Western Blot; untuk memastikan seropositivitas.
4.      CD4 : jumlah CD4 berhubungan langsung dengan infeksi oportunistik yang dialami seseorang dengan HIV. Pemeriksaan CD4 disarankan untuk dilakukan tiap 3 – 6 bulan pada semua pasien yang mengalami infeksi HIV.
5.      Radioimmunoprecipitation : mendeteksi protein HIV
6.      Pemeriksaan P24 (protein pembungkus HIV): Peningkatan nilai kuantitatif protein ini dapat mengindikasikan progresi infeksi. (Mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium awal dari infeksi HIV).
7.      Viral Load (VL)
8.      Rapid test
9.      Sel T-limfosit : Penurunan jumlah total.
10.  Sel T4-helper (indicator sistem imun yang menjadi media banyak proses sistem imun dan menandai sel B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing): jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respon defisiensi imun hebat.
11.  T8 (sel supresor sitopatik): Rasio terbalik (2:1 atau lebih besar). Dari sel supresor pada sel helper (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.
12.  Pemeriksaan neurologis, mis., EEG, MRI, skan CT otak : EMG/pemeriksaan konduksi saraf: Diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya dan/atau perubahan fungsi sensori/motor.
13.  Sinar x dada: Mungkin normal pada awalnya atau menyatakan perkembangan intfiltrasi interstisial dari PCP tahap lanjut(penyakit yang paling umum terjadi) ataupun komplikasi pulmunal lainnya.
Pada keadaan asimtomatik perlu dilakukan pemeriksaan anti HIV yaitu Elisa 2 kali, WB satu kali/Elisa 3 kali dengan reagen berbeda.
Indikasi dilakukan pemerikasaan anti HIV, jika ada perilaku risiko (terutama hubungan seks yang tidak aman atau penggunaan narkoba suntukan)
Hasil test positif palsu dapat disebabkan oleh:
Ÿ  Otoantibodi : pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif terdapat antibodi terhadap Hiv kelas immunoglobulin G yang berasal dari darah ibu. Immunoglobulin ini dapat bertahan selama 15 bulan. Karena itu bayi yang lahir dari ibu HIV positif jika tes anti HIVnya positif belum tentu tertular. Tes harus diulang pada usia 18 bulan. Jika ingin tahu lebih cepat apakah bayi tertular harus dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi virus dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction)
Ÿ  Penerima vaksin HIV. Pada penelitian didapatkan orang yang divaksinasi HIV dapat menimbulkan tes HIV positif
Ÿ  Kesalahan tiknik pemeriksaan
Hasil tes negatif dapat disebabkan oleh:
Ÿ  Orang yang tes dalam masa jendela
Ÿ  Serokonversi, pada keadaan AIDS lanjut dapat terjadi penurunan kekebalan tubuh yang tajam sehingga tubuh tak mampu membentuk antibodi
Ÿ  Agammaglobulinemia
Ÿ  Kesalahan teknik pemeriksaan
Tes Diagnostik
Diagnosis AIDS ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes antibodi HIV.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas biasanya, progresi kelelahan/malaise.
                   Perubahan pola tidur
Tanda :            Kelemahan otot, menurunnya massa otot
                   Respon fisiologis terhadap aktifitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan
2. Sirkulasi
Gejala :            Proses penyembuhan yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cidera (jarang terjadi)
Tanda :            Takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis; perpanjangan pengisian kapiler.
3. Integritas Ego
Gejala :            Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress spiritual.
                        Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya BB.
                        Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri dan depresi.
Tanda :            Mengingkari, cemas, depresi, takut dan menarik diri
                        Prilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis dan kontak mata yang kurang.
                        Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
4. Eliminasi
Gejala :            Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda :            Feses encer dengan atau tanpa disertai mucus atau darah
                        Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.
                        Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine         
5. Makanan/Cairan           
Gejala :            Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan, mual/muntah.
                        Dispagia, nyeri retrosternal saat menelan, penurunan BB yang cepat/ progresif
Tanda :            Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif.
                        Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemak atau massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kesehatan gigi dan gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
                        Edema (umum, dependen)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala.
                        Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
                        Kerusakan sensasi atau indra posisi dan getaran.
                        Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
                        Kebas, kesemutan pada ekstermitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal).
Tanda :            Perubahan status mental, dengan rentang antara kacau mental, sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.
                        Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realitas.
                        Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
                        Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik vokalis: hemiparesis, kejang.
                        Hemorage retina dan eksudat (renitis CNP)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri umum/local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
                        Sakit kepala (keterlibatan SSP).
                        Nyeri dada pleuritis.
Tanda :            Pembengkakan pda sendi,nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
                        Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang. Gerak otot melindungi bagian yang sakit
8. Pernafasan
Gejala :            ISK sering, menetap. Nafas pendek yang progresif.
                        Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non produktif sputum ( tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat nafas dalam).
                        Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda :            Takipnea, distress pernafasan.
                        Perubahan pada bunyi nafas/bunyi nafas adventisius.
                        Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum).
9.  Keamanan
Gejala :            Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
                        Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis). Riwayat penyakit defisiensi imun yakni kanker tahap lanjut. Riwayat atau berulangnya infeksi dengan PHS. Demam berulang : suhu rendah, peningkatan suhu intermiten atau memuncak : berkeringat malam.
Tanda :  Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis: ekjema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran atau warna mola : mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
                        Rektum, luka-luka perianal atau abses.
                        Timbulnya nodul-nodul, pelebaran jaringan linfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha).
                        Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan. 
10. Seksualitas
Gejala :            Riwayat prilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multiple, aktifitas seksual yang tidak terlindung dan sek anal.
                        Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan sek. Penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan atau fiabilitas vagina).
Tanda :            Kehamilan atau resiko terhadap hamil.
                        Genitalia: manifestasi kulit (mis: herpes, kutil): rabas.
11. Interaksi sosial
Gejala :            Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat atau orang terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/ kehilangan pendapatan.
                        Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal karena AIDS.
                        Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda :            Perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat.
                        Aktifitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
12. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :            Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan prilaku beresiko tinggi (seksual atau pengguanaan obat-obatan IV). Pengguanaan atau penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
Pertimbangan rencana pemulangan
                        Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/ tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan atau bahan : transportasi, belanja makanan dan persiapan: perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan dan pemeliharaan rumah, perawatan anak: perubahan proses hidup.
H.    Penatalaksanaan
Ÿ  Meningkatkan integritas kulit.
-    Mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas (imobilisasi: per 2 jam sekali).
-    Menggunakan pelembab kulit tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.
-    Perawatan oral yang rutin.
-    Permukaan kulit dijaga dan dilindungi agar tidak luka atau tergesek.
-    Menjaga kebersihan daerah perineal dari infeksi dan gangguan integritas kulit.
Ÿ  Meningkatkan kebiasaan defekasi yang lazim.
-    Memantau frekuensi defekasi serta konsistensi feses dan melaporkan rasa sakit atau kram pada perut yang berhubungan dengan defekasi.
-    Konseling mengenai cara-cara mengurangi diare perlu dilakukan pada pasien
-    Makan dalam porsi kecil dan sering untuk membantu mencegah distensi perut
Ÿ  Mencegah infeksi.
-    Memantau tanda-tanda dan gejala infeksi.
-    Memantau hasil laboratorium yang menunjukkan infeksi, seperti hitung leukosit dan jenis.
-    Penyuluhan pasien mencakup strategi untuk menghindari infeksi.
-    Menjaga kebersihan personal dan lingkungan.
-    Menghindari kontak dengan orang sakit atau orang yang baru divaksinasi.
-    Menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat dan latihan.
-    Semua profesional kesehatan harus memperhatikan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.
Ÿ  Memperbaiki toleransi terhadap aktivitas.
-    Memantau kemampuan gerak pasien (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari.
-    Memberikan informasi mengenai teknik-teknik menghemat tenaga.
Ÿ  Memperbaiki proses berpikir.
-    Membantu pasien dan keluarganya untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses berpikir.
-    Membuat pasien merasa nyaman dan aman dengan lingkungan.
Ÿ  Memperbaiki bersihan jalan napas.
-    Menilai sekali sehari satus mental, warna kulit dan status respiratorius (frekuensi, irama, penggunaan otot-otot aksesoriusdan suara pernafasan).
-    Mencatat gejala batuk, jumlah dan karakteristik sputum.
-    Melakukan tiap 2 jam sekali terapi pulmoner (batuk, nafas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi) untuk mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran nafas.
-    Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler (memudahkan pernafasan dan bersihan jalan nafas)
-    Terapi volume cairan harus selalu dievalusi untuk mempertahankan terapi hidrasi yang memadai (kecuali ada kontraindikasi peny. ginjal dan jantung à diberikan hanya 3 L/ hari).
Ÿ  Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.
-    Menghindari jenis makanan yang dapat mengiritasi usus.
-    Preparat antispasmodik dan antidiare dapat menggurangi rasa nyaman serta frekuensi defekasi.
-    Nyeri akibat sarkoma kaposi (rasa berat dan menusuk-nusuk juka terdapat limfedema) ditangani dengan preparat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan opioid serta teknik relaksasi.
-    Antidepresan trisiklik bermanfaat untuk mengendalikan gejala nyeri neuropati.
Ÿ  Memperbaiki status nutrisi.
-    Memantau BB, asupan makanan, hasil pengukuran antropometrik, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum.
-    Menemukan faktor-faktor yang mengganggu asupan oral, kelemahan, mudah letih dan intoleransi laktosa.
-    Obat-obatan antiemetik yang diberikan secara teratur dapat meningkatkan asupan diet klien.
-    Luka-luka pada mulut atau sakit pa leher dapat diatasi dengan resep preparat opioid dan larutan lidokain (untuk kumur mulut dan ditelan).
-    Menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan
-    Menjelaskan cara-cara meningkatkan nilai gizi makanan
-    Memberikan pelajaran tambahan serta dukungan pada pasien setelah pulang dari RS.
Ÿ  Mengurangi isolasi sosial
-    Menilai tingkat interaksi sosial pasien yang lazim seawal mungkin sebagai data dasar pemantauan berbagai perubahan perilaku yang menunjukkan pengisolasian sosial.
-    Menentramkan dan menjelaskan bahwa semua gangguan perasaan ini merupakan hal lazim dan normal.
-    Memberi informasi tentang cara melindungi diri dan orang lain.
-    Memberikan kepastian pada pasien, keluarganya, sahabatnya bahwa AIDS tidak ditularkan pada kontak biasa.
Ÿ  Koping terhadap kesedihan
-    Membantu pasien untuk mengutarakan perasaanya, menggali dan mengenali sumber dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan ini.
-    Mendorong pasien untuk selalu kontak dengan keluarga dan sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung AIDS.
-    Mendorong pasien agar sedapat mungkin meneruskan kegiatan yang biasa dilakukan.
Ÿ  Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
-    Memberitahu pada pasien, keluarga dan sahabatnya mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS.

I.       Diagnosa Keperawatan Utama yang Muncul
1.      Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik) berhubungan dengan pertahanan primer tak efektif: kulit rusak, jaringan traumatic, stasis cairan tubuh. Depresi sistem imun: penggunaan agen anti mikroba. Penyakit kronis: malnutrisi.
2.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan: diare berat, berkeringat, muntah. Status hipermetabolisme, demam.
3.      Resiko tinggi terhadap cidera, perubahan factor pembekuan berhubungan dengan penurunan absorbsi vit. K, perubahan pada fungsi hepar, munculnya antibody antiplatelet anti imun, keganasan (KS) dan sirkulasi endotoksin (sepsis)
4.      Resiko tinggi tidak efektif/perubahan pertukaran gas, pola nafas
5.      Perubahan nutri kurang dari kebutuhan tubuh
6.      Nyeri akut atau kronis
7.      Kerusakan atau resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit
8.      Perubahan membran mukosa oral
9.      Kelelahan
10.  Perubahan proses fakir
11.  Ansietas/ ketakutan
12.  Isolasi social
13.  Ketidakberdayaan
14.  Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV AIDS

I.Pengkajian.

1.Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.

2.Penampilan umum : pucat, kelaparan.

3.Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

4.Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

5.Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

6.HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis

7.Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.

8.Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

9.Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

10.Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

11.GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,

hepatosplenomegali, kuning

12.Gu : lesi atau eksudat pada genital,

13.Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

II.Diagnosa keperawatan

1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

2.Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik

yang dapat ditransmisikan.

3.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

4.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5.Diare berhubungan dengan infeksi GI

6.Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

III.Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
1.Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2.gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4.Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi


Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.
1.Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
2.Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
1.Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2.Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3.Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
1.Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2.Monitor BB, intake dan ouput
3.Atur antiemetik sesuai order
4.Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien


d. Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
1.Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2.Auskultasi bunyi usus
3.Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
4.Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diare
Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
Untuk menghilangkan distensi
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
1.Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2.Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.


DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). Jakarta: EGC.

Donna D. Ignatavicius, dkk. (1999). Medical Surgical Nursing: Across the Health Care Continum. (Edisi III). Philadelphia:  Wb Sounders Company.

Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical management for continuity of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic. (Edisi VI). Jakarta: EGC

Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC
     

0 komentar:

Posting Komentar