Blogger news

Blogroll

☒ WELCOME TO MY BLOG ☺ KEPERAWATAN KESEHATAN DAN HIBURAN ☒

Senin, 03 Januari 2011

� ANEMIA


Anemia sangat umum ditemukan terkait infeksi HIV. Ada banyak alasan yang mungkin; jumlah sel darah merah yang rendah, cadangan vitamin B12 yang rendah, kekurangan zat besi, tiroid yang tidak berfungsi secara benar, kehilangan banyak darah saat haid, tingkat hormon yang rendah, dampak pengobatan atau infeksi yang menyerang sumsum tulang (mis: B19 parvo, MAC, atau infeksi jamur berat).

Faktor risiko

Sebanyak 70-80 persen pasien terinfeksi HIV mengembangkan anemia pada suatu saat selama infeksinya. Beberapa uji klinis memberi kesan bahwa anemia merupakan risiko independen terhadap penurunan ketahanan hidup pasien dengan penyakit HIV. Tidak jelas apakah anemia merupakan satu-satunya penyebab menurunnya ketahanan hidup atau apakah anemia menjadi bagian dari penyakit oportunistik yang menyertainya sepertipenyakit Mycobacterium avium atau virus sitomegalo. Sebuah penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins menemukan bahwa anemia adalah faktor risiko kematian yang cukup besar pada pasien HIV.

Sering kali perempuan menjadi begitu terbiasa terhadap rasa lelah sehingga mereka mungkin tidak pernah melaporkannya ketika mengunjungi dokter. Kadang-kadang anemia begitu lazim ditemukan, sehingga para dokter mungkin tidak menyadari dampak yang dapat diakibatkannya pada tingkat tenaga perempuan.

Apakah itu anemia?

Anemia adalah jumlah sel darah merah yang rendah. Sel darah merah, juga disebut eritrosit, dibentuk di sumsum tulang, dengan tugas untuk membawa oksigen dari paru ke jaringan. Pembentukan sel darah merah baru tergantung pada hormon alami yang disebut eritropoitin (EPO, yang dibentuk dan dikeluarkan dari ginjal). Orang yang menderita anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam darahnya dan hal ini dapat mengakibatkan rasa lelah, kesulitan bernapas, peningkatan denyut jantung dan pucat.

Darah kita (sel darah merah) dapat langsung dihitung atau diperkirakan dengan menggunakan hematokrit atau hemoglobin (Hb). Pemeriksaan ini umumnya disarankan oleh dokter kita setiap satu sampai tiga bulan, tergantung apakah memakai obat-obatan. Penyakit dan pengobatan tertentu dapat menyebabkan Hb kita menurun di bawah batas normal.

Segalanya mengenai darah

Apabila Hb kita menurun di bawah batas tertentu, tubuh kita mencoba mengatasinya dengan meningkatkan denyut jantung kita. Ketika jantung kita berdetak lebih cepat, hal ini memungkinkan lebih banyak darah dan oksigen yang dialirkan ke seluruh tubuh. Paru kita juga dapat menyebabkan kita bernapas lebih cepat untuk membawa oksigen ke tubuh kita. Pembuluh darah tertentu mengembang untuk memungkinkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen masuk ke dalam jaringan. Pembuluh darah lain berusaha untuk menutup, untuk menyimpan oksigen. Pengalihan darah semacam ini dapat menyebabkan kulit kita tampak pucat dan dingin saat disentuh. Tetapi hal ini memungkinkan tubuh kita untuk menyediakan oksigen ke organ yang lebih penting. Dengan kegiatan yang meningkat, tubuh kita membutuhkan lebih banyak oksigen sehingga mengakitbatkan kelelahan, kelemahan, jantung berdebar, sesak napas, dan gejala lain.

Penyebab anemia

Pengobatan sering memicu anemia. Beberapa obat penyebab anemia termasuk tetapi tidak terbatas pada isoniazid, rifampisin, dapson, sulfonamid, nitrofurantoin, dilantin, fenobarbital, alkohol, penisilin, kotrimoksasol, AZT, gansiklovir, dan amfoterisin. Sering kali, menghentikan obat yang mengganggu dapat memulihkan anemia. Tetapi, apabila obat tersebut diperlukan untuk masalah lain, harus ditemukan cara lain untuk menghadapi anemia tersebut. Kekurangan vitamin seperti vitamin B12, asam folik, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, vitamin E dan kekurangan zat besi adalah beberapa unsur penyebab anemia. Sebagian besar jenis anemia ini dapat diperbaiki dengan memakai suplemen.

Anemia megaloblastik berarti bahwa sel darah merah besar dan pucat. Sering kali gejala awal anemia megaloblastik adalah volume sel rata-rata (MCV) tinggi, di atas 98-115. AZT dan d4T dapat memicu peningkatan MCV yang palsu tanpa mengakibatkan anemia. Neuropati periferal dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan gejalanya dapat dipulihkan dengan memberi tambahan vitamin B12. Infeksi HIV dapat memicu sedikit kasus anemia yang parah. Antibodi HIV diperkirakan bekerja bertentangan dengan faktor yang intrinsik (sebuah protein tubuh membutuhkan penyerapan B12 yang cukup). Hal ini dapat mengarah pada kekurangan vitamin B12. Tanpa faktor yang intrinsik, tubuh kita tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang kita makan dan selanjutnya mungkin kita membutuhkan vitamin B12.

Kekurangan zat besi

Penyebab utama lain yang dapat memicu anemia dan kelelahan adalah kekurangan zat besi yang dikenal sebagai mikrositosis (MCV di bawah 98). Zat besi adalah mineral yang memungkinkan oksigen diedarkan dalam sel darah merah. Banyak perempuan kekurangan zat besi. Pola makan yang buruk, dan haid yang parah dapat menyebabkan kekurangan zat besi setiap bulan. Haid yang sering atau berat dapat lazim terjadi pada perempuan yang terinfeksi HIV. Hal ini mengakibatkan kehilangan darah dalam jumlah besar dan anemia. Tablet zat besi dapat dipakai untuk menyembuhkan anemia jenis ini. Tablet tersebut harus dipakai dua sampai tiga kali sehari dengan makanan. Efek dari tablet zat besi adalah tinja yang berwarna lebih gelap.

Sumsum tulang yang lemah

Penyebab anemia yang terakhir adalah infeksi pada sumsum tulang. Apabila terjadi infeksi maka tidak ada ruang yang cukup dalam sumsum tulang untuk semua sel yang dibutuhkan. Sebagai akibatnya, sumsum tulang memperlamban produksi sel baru dan melemah, atau tidak dapat lagi memproduksi sel yang dibutuhkan untuk membawa oksigen ke seluruh organ. Beberapa infeksi yang dapat mengakibatkan kegagalan sumsum tulang adalah infeksi mikobakteri (MAC atau TB), infeksi jamur (kriptokokal, histoplasmosis) atau limfoma. Ini adalah infeksi yang biasa terjadi pada pasien AIDS lanjut. Biasanya infeksi ini dapat diobati secara berhasil, tetapi mungkin membutuhkan terapi rumatan untuk tetap menekan infeksi.

Hitung darah

Hitungan darah lengkap (CBC), dilakukan pada awal. Apabila hasilnya tidak normal, hitung retikulosit (sel darah merah muda), G6PD (apabila kita memakai dapson), zat besi, TIBC, ferritin, B12, folat dan tingkat EPO dapat diukur. Berdasarkan pada gambaran klinis, riwayat haid, olesan periferal termasuk MCV serta tes tinja untuk darah okult (perdarahan saluran GI) barangkali diperlukan. (Dengan kata lain, banyak sekali tes!)

Transfusi

Segala usaha harus dilakukan untuk mencari penyebab dasar anemia.

Transfusi harus dipertimbangkan apabila hemoglobin turun sampai di bawah 8 mg/dL atau pasien bergejala (selalu lemah atau sesak napas), dan tidak ada kontraindikasi lainnya. Upaya harus dilakukan untuk mencegah transfusi darah karena banyak efek samping dan biaya.

Pengobatan anemia dimulai dengan diagnosis penyebab dasarnya, apakah itu sebuah infeksi, kekurangan vitamin, kehilangan darah akibat haid berat, pola makan yang buruk atau hipotiroidisme. Apabila semua hasil tes adalah negatif dan kemungkinan kecil terjadinya infeksi, penyebab dasarnya mungkin adalah bukti adanya penyakit kronis terkait dengan HIV.

Anemia terkait HIV telah menunjukkan tanggapan terhadap penggantian EPO. Pemberian EPO (obat anemia) adalah yang terbaik untuk mendorong pembentukan sel darah merah pada perempuan dengan cadangan zat besi yang cukup dan tingkat albumin normal walau dalam kondisi EPO rendah (di bawah 500 mU/ml). Obat ini diberikan secara suntikan di bawah kulit dan dulu dilakukan tiga kali seminggu. Berdasarkan informasi yang baru, EPO dapat diberi sebanyak 40.000 unit di bawah kulit seminggu sekali. EPO biasanya menyebabkan retikulositosis yang diikuti dengan peningkatan Hb dan hematokrit setelah dua hingga enam minggu. [Catatan: EPO sangat mahal di Indonesia, sehingga jarang terajngaku.]

Di dalam beberapa penelitian, mereka yang mempunyai jumlah CD4 lebih rendah atau AIDS, mereka yang diobati untuk infeksi oportunistik, anemia, usia, transfusi darah atau terapi ART, penggunaan EPO dikaitkan dengan penurunan risiko kematian. Meskipun faktor lain mungkin belum dimasukkan, penggunaan EPO untuk pengobatan anemia dihubungkan dengan peningkatan ketahanan hidup pada penyakit HIV. Terapi EPO mungkin juga berperan sebagai pendukung pada beberapa pasien terinfeksi HIV dengan meningkatkan Hb, mengurangi kelelahan, dan mengurangi kebutuhan transfusi sel darah merah.

Anemia sudah umum

Sebagai kesimpulan, anemia umum ditemukan pada orang yang terinfeksi HIV dan mungkin sebagai faktor penyebab rasa kelelahan. Anemia dapat berperan penting dalam ketahanan dan mutu hidup Anda. Penting untuk mengetahui hitungan darah kita dan apakah kita mengalami anemia, sebaiknya kita membahas pilihan kita dengan dokter

0 komentar:

Posting Komentar